Kamis, 15 Juni 2017

BERPEGANG TEGUH DENGAN KITABULLAH DAN SUNNAH RASULNYA by Siti Rodhiyah




BERPEGANG TEGUH DENGAN KITABULLAH DAN SUNNAH RASULNYA
Tugas ini diajukan untuk memenuhi Matakuliah “ Tafsir Tarbawi” yang diampu oleh Bpk. Abdullah Maksum, Alh., S. Pd. I.






Oleh :
Siti Rodiyah
2015010212
PAI 4 C



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2017




PEMBAHASAN
Kajian Surah Ali ‘Imraan : 101
Tenntang Berpegang Teguh Dengan Kitabullah  dan Sunnah Rasulnya


وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيم

Bagaimanakah kamu (sampai)menjadi kafir,padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepadamu, dan rasulnya pun ditengah-tengah kamu? Barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. [QS. Ali ‘Imraan : 101]
Berpegang teguh memiliki makna bahwa adanya keyakinan dan menjadiakan tiang dalam melangkah. Al-Qur’an yang merupakan pedoman bagi seluruh umat di jagat raya ini, akan selamat bagi dia yang bepegang teguh kepada kitab Allah ini. Sesuai dalam firman-Nya :
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan Al-Qur’an ini adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat.  [QS. Al-An'aam : 155]
Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 155 yang merupaka surah Makiyyah yang terdiri dari 155 ayat, telah diturunkan kepada Nabi yang mulia penuh berkah bagi yang membaca, menghafal, memahami, mengamalkan dan mengikutinya. Menjunjung semua nasihat yang terkandung didalamnya, kebahagiaan didunia dan keselamatan diakhirat tergantung oleh kualitas kita mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا

Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.    [QS. An-Nisaa' : 59]
Al-Qur’an Surah An-Nisa’ : 59 yang merupakan surah yang tergolong surah Madaniyyah terdiri dari 176 ayat, Maksud dari ayat diatas sudah sangat jelas, maka langkah tersebut sangat baik digunakan jika terdapat masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh akal manusia sehingga nantinya tidak ada pertikaian dan kesesatan karena masalah yang terjadi.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari qiyamat dan dia banyak menyebut Allah.    [QS. Al-Ahzaab : 21]
Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 21 yang tergolong surah Madaniyyah terdiri dari 73 ayat. Ayat ini merupakan kecaman kepada orang-orang munafik yang mengaku memeluk islmam tetapi tudak mencerminkan ajaran islam. Kecaman itu dikesankan oleh kata “لَقَدْ” , seakan-akan ayat tersebut menyatakan ; kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya ditengah-tengah kamu semua ada Nabi Muhammad SAW yang mestinya kamu teladani. Kalimat “لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ” , berfungsi menjelaskan sifat orang-orang yang mestinya meneladani rasulullah yang mengharap ramat Allah. Kata “أُسْوَةٌ”, yang artinya teladan. Pribadi beliau secara totalitas adalah teladan maka dijadikan pedoman dan pegangan bagi orang-orang yang berharap rahmat Allah SWT. Kata “فِي رَسُولِ اللَّهِ”, mengangkat dari diri Nabi SAW yang d angkat menjadi rasulallah yang harus diteladani.
Adapun hadits-hadits yang menerangkan tentang pentingnnya berpegang teguh dengan kitab Allah dan sunnah rasulnya diantaranya

اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا مَسَكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيّهِ. مالك، فى الموطأ

Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda, “Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduaya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya“. [HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ juz 2, hal. 899]

Hadits tersebut menjelaskan bahwa Nabi SAW mewasiatkan kepada umatnya kitab Allah Dan Sunnahnya untuk berpegang teguh menjalankan apa-apa yang terkandung didalamnya agar tidak tersesat.

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: دَعُوْنِى مَا تَرَكْتُكُمْ، اِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِسُؤَالِهِمْ وَ اخْتِلاَفِهِمْ عَلَى اَنْبِيَائِهِمْ. فَاِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَ اِذَا اَمَرْتُكُمْ بِاَمْرٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُ . البخاري                                            


Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW beliau bersabda : “Biarkanlah saya memberikan apa-apa yang kutinggalkan kepada kalian. Sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian disebabkan tuntutan mereka dan penentangannya kepada Nabi-nabi mereka. Karena itu apabila aku melarang kalian dari sesuatu, maka jauhilah dia, dan apabila aku memerintahkan sesuatu perkara kepada kalian, maka laksanakanlah perintah itu dengan semaksimalmu. [HR. Bukhari juz 8, hal. 142]

Hadits tersebut menjelaskan bahwa akan binasa orang yang tidak berpegang teguh kepada kitab Allah dan Sunnah Rasulnya seperti yang terjadi pada umat-umat terdahulu yang seharusnya dapat kita ambil pelajarannya.
عَنْ زَيْدِ  بْنِ أَرْقَمْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. م : ( إِنِّيْ تَارِكٌ فِيْكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِيْ أَحَدَهُمَا أَعْظَمُ مِنَ اْلآخَرِ كِتَابَ اللهِ حَبْلٌمَمْدُوْدٌ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى اْلاَرْضِوَعِتْرَتِيْ أَهْلُ بَيْتِيْ وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرُدّاَ عَلَيَّ اْلحَوْضَ فَانْظُرُوْا كَيْفَ تَخْلُفُوْنِيْ فِيْهِمَا).  
Dari Zaid bin Arqam r. A bahwa Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya aku meninggalkan ditengah-tengah kalian sesuatu hal yang apabila kalian berpegang teguh dengannnya, niscaya kalian tidak akan sekali-kali tersesat sepeninggalanku. Satu dari keduanya lebih agung dari pada yang lain, yaitu Kitabullah sebagai tali memanjang dari langit dan bumi dan keturunanku, keluargaku; dan keduanya tidak akan sekali-kali terpisah sebelum keduanya mendatangkan kepadaku telaga. Maka perhatikanlah bagaimana kalian menyalahiku dalam kedua hal tersebut.” (Sahih: riwayat Imam Tirmidzi. Lihat Sahihul jami’ no: 2457).
عَنْ اَبِى هُرَيـْرَةَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: كُلُّ اُمـَّتِى يَدْخُلُـوْنَ اْلجَـنَّةَ اِلاَّ مَنْ اَبـَى. قَالُـوْا يـَا رَسُوْلَ اللهِ وَ مَنْ يَـأْبـَى؟ قَالَ: مَنْ اَطَاعَنِى دَخَلَ اْلجَـنَّةَ وَ مَنْ عَصَانِى فَـقَدْ اَبـَى. البخارى
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Semua ummatku kelak akan masuk surga, kecuali orang yang tidak mau”. Para shahabat bertanya : “Ya Rasulullah siapa orang yang tidak mau (masuk surga) itu ?”. Beliau SAW bersabda : “Barangsiapa yang tha’at kepadaku, niscaya ia masuk surga dan barangsiapa yang bermakshiyat kepadaku, sungguh ia telah menolak untuk masuk surga”. [HR. Bukhari]
عَنْ جُبَـيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَبـْشِرُوْا فَاِنَّ هذَا اْلقُرْآنَ طَرَفُهُ بِيَدِ اللهِ وَ طَرَفُهُ بِـاَيـْدِيْكُمْ. فَـتَـمَسَّكُـوْا بِهِ، فَاِنَّـكُمْ لَنْ تَـهْـلَـكُـوْا وَ لَنْ تَضِلُّـوْا بَـعْدَهُ اَبـَدًا. البزار و الطبرانى
Dari Jubair bin Muth’im RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda : “Hendaklah kamu sekalian bergembira, karena sesungguhnya Al-Qur’an ini ujungnya berada ditangan Allah sedang ujungnya yang lain ditangan kamu sekalian. Oleh sebab itu hendaklah kalian berpegang teguh kepadanya, maka  sungguh kamu sekalian tidak akan binasa dan tidak pula akan sesat sesudah itu selama-lamanya”. [HR. Al-Bazzar dan Ath-Thabarani]
Hadits-hadits diatas sama saja menjelaskan tentang pentingnya kita untuk berpegang teguh dengan kitab Allah da Sunnahnya agar kelak kita dapat menjadi kelurga Allah SWT dan Menjadi Umat yang dapat Berkumpul dengan Baginda Rasul SAW.





KESIMPULAN
Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, untuk disampaikan kepada umat Islam, dan al-Qur’an adalah sebagai pedoman aturan kehidupan bagi umat Islam yang bersifat historis dan normatif. Sedangkan As-Sunnah adalah segala sesuatu yang telah tsabit datangnya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam baik berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuan.
Al Qur’an dan Sunnah adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya berjalan beriringan. Seorang muslim diwajibkan berhujjah dengan keduanya dan juga diwajibkan untuk mengamalkan apa yang ada pada keduanya.
Sesuai dengan firman Allah dalam Surah Ali “imraan ayat 101 :
“Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”
Berpegang teguh memiliki makna bahwa adanya keyakinan dan menjadiakan tiang dalam melangkah. Al-Qur’an yang merupakan pedoman bagi seluruh umat di jagat raya ini, akan selamat bagi dia yang bepegang teguh kepada kitab Allah ini. Sesuai dalam firman-Nya:
Di dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 155 yang merupaka surah Makiyyah yang terdiri dari 155 ayat, telah diturunkan kepada Nabi yang mulia penuh berkah bagi yang membaca, menghafal, memahami, mengamalkan dan mengikutinya. Menjunjung semua nasihat yang terkandung didalamnya, kebahagiaan didunia dan keselamatan diakhirat tergantung oleh kualitas kita mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Pada Al-Qur’an Surah An-Nisa’ : 59yang merupakan surah yang tergolong surah Madaniyyah terdiri dari 176 ayat, Maksud dari ayat tersebut sudah sangat jelas, maka langkah jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya),  sangat baik digunakan jika terdapat masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh akal manusia sehingga nantinya tidak ada pertikaian dan kesesatan karena masalah yang terjadi.
Sedanngkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 21 yang tergolong surah Madaniyyah  terdiri dari 73 ayat, yang menjelaskan bahwa Rasulullah adalah suri tauladan yang baik, yang tentunya jika kita menjadikan Nabi SAW menjadi Uswah dalam hidup kita Insya Allah kita dapat selamat didunia da Akhirat.
Didalam Al-Qur’an ada ayat yang dapat langsung diterima oleh akal  manusia dan ada juga yang yang tidak dapat langsung diterima oleh akal manusia. Untuk Al-Hadits (As-Sunnah) sangat dibutuhkan sebagai pelengkap Al-Qur’an.
Pada pembahasan tentang berpegang teguh dengan kitab Allah dan Sunnah rasulnya ada beberapa hadits yang diriwayatkkan oleh  Al-Bazzar dan Ath-Thabarani,Sahih: riwayat Imam Tirmidzi, seperti yang tertera diatas memiliki kesimpulan yang sama bahwa tentang pentingnya kita untuk berpegang teguh dengan kitab Allah da Sunnahnya agar kelak kita dapat menjadi kelurga Allah SWT dan Menjadi Umat yang dapat Berkumpul dengan Baginda Rasul SAW.
Jika ada yang mengatakankami tidak akan mengamalkan sesuatu kecuali yang ada pada al Qur’an.”Maka kita jawab : Al Qur’an telah mewajibkan mengikuti Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam (sebagaimana ayat-ayat diatas) sehingga andaikata perkataan anda benar maka Anda harus menerima apa yang ada pada as Sunnah. Selain itu, kebanyakan ayat al Qur’an datang dalam bentuk mujmal, belum menjadi jelas kecuali dengan sunnah. Misalnya tentang tata cara shalat,haji dan lainnya. Bagaimana kita memahaminya kalau kita tidak memakai sunnah?? Tentu ini pemikiran yang sangat berbahaya.
Pengaruh yang Baik dengan Berpegang Teguh pada Sunnah
1.  Ittiba’ pada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan terlepas dari taqlid pada seseorang. Dengan berpegang teguh dengan sunnah berarti kita menjadikan Rasulullah imam dan teladan kita dalam semua hal sehingga kita terhindar dari taqlid pada seseorang, kelompok atau golongan tertentu.
2. Meneladani akhlak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dalam setiap hal. Seseorang yang berpegang teguh dengan sunnah akhlaknya akan semakin dekat dengan akhlaknya nabi, sehingga akhlaknya menjadi baik dan mendekatkan pada keridhoan Allah. Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Orang mukmin yg paling sempurna imannya adl yg paling baik akhlaknya.”
3.  Bersikap pertengahan antara ghuluw dalam beragama dan menyepelekan. Agama islam adalah agama pertengahan, tidak dibenarkan didalamnya berlebihan (ghuluw)  dan  menyepelekan (tafriith). Menyikapi segala sesuatu sesuai dengan cara yang sesuai. Sebagai contoh dalam menyikapi orang yang jahil tentu berbeda dengan menyikapi orang yang berilmu. Lihat perbedaan bagaimana rasulullah menyikapi arab badui yang kencing di masjid.Dan seorang sahabat yang memakai cicin emas. Rasulullah bersikap lembut dan mudah kepada arab badui (karena ia jahil) sedang kepada sahabatnya tadi Rasulullah bersikap tegas dan keras.
4.Bersikap sayang pada manusia, lembut dan tawadhu’. Bahkan pada anak-anak kecil pun Rasulullah bersikap sayang dan perhatian dengan mereka. Sebagaimana kisah Abu Umair dan burungnya nughair.  Lihat juga kisah saat beliau sedang sujud dalam shalat lalu Hasan bin Ali radiyallahu ‘anhuma naik ke pundak beliau. Begitulah sikap Rasulullah, beliau sangat penyayang. Namun disayangkan banyak orang mengaku berpengang teguh dengan sunnah tetapi akhlaknya demikian keras.


KRITIK DAN SARAN
Tak ada sesuatu yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah, begitulah yang ada pada makalah ini. Saya sangat berharap bagi para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang dapat membangun saya agar lebih giat belajar kembali sehingga dapat memperbaikinya sehingga dapat bermanfaat untuk saya khususnya dan umumnya untuk para pembaca.

Terimakasih dan Saya ucapkan terimakasih. 

BIRRU AL-WALIDAIN By Yuniati


STUDI TAFSIR TARBAWI
BIRRU AL-WALIDAIN
Tugas  Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu: Bapak Abdullah Maksum, Alh., S. Pd.I.






Disusun oleh:
Yuniati (2015010165)
PAI 4 C
                                                                                                                                       
FAKULTAS ILMU TARBIYAH  DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2017




PEMBAHASAN
بِسْمِ ا للهِ ا لرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
A.    Ayat-ayat Al-Qur’an
1.      Surat Al-Ankabut ayat 8
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ $YZó¡ãm ( bÎ)ur š#yyg»y_ x8ÎŽô³çFÏ9 Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïã Ÿxsù !$yJßg÷èÏÜè? 4 ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB /ä3ã¤Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÑÈ  
Artinya: dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
               Pada surat al-ankabut ayat 8, Allah Ta’ala menyuruh hamba-hamba-Nya agar berbuat baik kepada kedua orang tua, setelah Allah mendorong mereka berpegang teguh kepada ketauhidan, karena keduanya merupakan sarana bagi kebaradaan manusia.  Karena itu, keduanya berhak menerima kebaikan yang sempurna dari anak.  Kebaikan kepada ayah dengan memberi belanja atau nafkah, sedangkan kebaikan kepada ibu dengan kasih sayang.
               Walaupun ada perintah berbuat baik kepada keduanya, Allah berfirman, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya”.  Namun jika keduanya memaksamu agar mengikuti agama keduanya yang musyrik, maka janganlah kamu menaatinya, tetapi anak harus tetap mempergauli orang tuanya dengan cara yang baik dan anak tidak boleh membenci orang tua,  karena tempat kembali manusia pada hari kiamat adalah Allah swt, lalu Allah membalas kebaikan kepada keduanya dan kesabaranmu (anak) dalam memegamg teguh agamamu. 
2.      Surat luqman ayat 14
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
Artinya: dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun [1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
            Maksud dari ayat diatas adalah, setelah Nabi luqman memberi pesan kepada anaknya agar tidak menyekutukan Allah, kemudian beliau membarengkan pesan beribadah kepada Allah dengan berbuat baik kepada kedua orang tua.  Dalam ayat ini dimaksudkan agar anak senantiasa teringat dengan kebaiakan kedua orang tuanya yang telah diberikan kepadanya.  Karena Allah Ta’ala berfirman, “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.  Hanya Allah tempat kembali, “ karena Aku (Allah) akan membalasmu dengan kebaikan yang banyak.
3.      Al-isyro’ ayat 23-24
Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur…… $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7tƒ x8yYÏã uŽy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdŸxÏ. Ÿxsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& Ÿwur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJƒÌŸ2 ÇËÌÈ   ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u­/u #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ
artinya: 23. dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
24. dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
[850] Mengucapkan kata “Ah” kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.           
Dalam surat al-isyro’ ayat 23-24 Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya supaya menyembah Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya.  Ditafsirkan demikian karena al-qadha disini artinya perintah.  Karena itu, perintah menyembah-Nya digabung dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua.  Allah menyuruh berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. 
Kemudian jika salah seorang diantara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan “uf” kepada keduanya.  Maksudnya, janganlah kamu memperdengarkan perkataan yang buruk, termasuk perkataan “ah” sebagai perkataan buruk yang paling ringan.  Jangan sampai kamu membentak mereka, janganlah kamu berbuat buruk kepada keduanya dan jangan memukulnya.  Setelah Allah melarang manusia berkata dan berbuat buruk, maka Dia menyuruh manusia untuk berkata dan berbuat baik.  Kata karim diatas berarti lembut, baik, dan sopan disertai tata karma, penghormatan, dan pengagungan.
Selanjutnya, Allah memerintah manusia supaya tawadhu kepada keduanya melalui tindakan, dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku ketikakecil.” Rahmati keduanya pada saat tua dan setelah mati. 

4.      Al-an’am ayat 151
 ö@è% (#öqs9$yès? ã@ø?r& $tB tP§ym öNà6š/u öNà6øŠn=tæ ( žwr& (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ)0000
Artinya:  Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak
Tafsir dari ayat diatas adalah, bahwa Allah berfirman kepada Nabi Muhammad saw, untuk mengatakan kepada kaum musyrikin yang menyembah selain Allah dan yang mengharamkan perkara yang yang telah direzekikan Allah, termasuk kedua orang tua juga merupakan suatu anugerah dari Allah sehingga wajib bagi anak untuk memuliakannya.  Sering kali Allah membarengkan perintah bertauhid dengan taat kepada orang tua.  








B.     Hadis-hadis penguat
                                   
1-       عَنْ عَبْدُاللهِ بْنِ عَمْرُوْرَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُوْلُ الله صَلىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: رِضَيَ اللهُ فِي رِضَي الْوَاِلِدَيْنِ وَسُخْطُ الله فِي سُخْطُ اْلوَا لِدَيْنِ (اخرجه الترمدي وصححه ابن حبا ن والحا كم)
Dari Abdullah bin Amrin bin Ash r.a ia berkata, Nabi saw telah bersabda “Keridhoan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murk orang tua”.  (H.R.A Tirmidzi, hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)

2-       عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَرَضِيَ الله عَنْهُ قَاَل جَاءَرَجُلٌ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ فَقَالَ يَا رَسُوْلُ الله مَنْ اَحَقَّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَا بَتِي؟ قَالَ: اُمُّكِ, قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ اُمُّكِ, قَالَ:ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ اُمُّكِ, قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ ثُمَّ اَبُوْك. (اخرجه البخاري)
Dari Abu Hurairoh R.A dia berkata: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw sambil berkata:”Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Rasulullah menjawab:”Ibumu” Dia bertanya lagi: “kemudian siapa?” Rasulullah menjawab:”Ibumu.” Dia bertanya lagi: “kemudian siapa lagi?” “Rasulullah menjawab:”Ibumu” Dia bertanya lagi:”kemudian siapa?” Rasulullah menjawab:”Kemudian Ayahmu.”

3-      عَبْدُالله بِنْ مَسْعُوْد قَالَ سَاَلْتُ النَّبِي صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَّلَماَيُّ اْلاًعْمَلِ اًفْضَلُ؟ قَالَ: " اَلصَّلاَ ةُ عَلَى وَقْتِىهَا" قَالَ: ثُمَّ اَيٌّ قَالَ: "ثُمَّ بِرُالْوَالِدَيْنِ" قَالَ: ثُمَّ اَيٌّ "قاَلَ: اَلْجِهَادُفِي سَبِيْلِ الله" (اخرجه البخاري ومسلم)
Dari Abdullah bin Mas’ud r .a. ia berkata:”Saya bertanya kepada Nabi saw: amal apakah yang paling disukai oleh Allah Ta’ala?” beliau menjawab:”Shalat pada waktunya. “saya bertanya lagi, “kemudian apa?” beliau menjawab:”berbuat baik kepada kedua orangb tua.”saya bertanya lagi.  “kemudian apa?”, beliau menjawab:”berjihad (berjuang) di jalan Allah.”

4-       جَاءَ رَجُلٌ اِلَى النَّبِي صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَّلَمَ فَقَا لَ اِنِّى اُرِيْدُ اَلْىجِهَا دُ قَلُ اَحَيٌّ اَبَوَاكَ قَالُ نَعَمَ قَالُ فَفِيْهِمَا فجَاَ هِدْ
Ada seorang datang kepada Nabi saw lantas berkata: “sesungguhnya saya ingin berjihad”.  Beliau bertanya: “ Apakah orang tuamu masih hidup?” Ia menjawab: “Ya”.  Beliau bersabda: “Layanilah kedua orang tuamu itu sebagai jihad”.

5-      اِنَّ اَبَوَيَّ قَدْ مَاتَ فَهَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ هِمَا عَلَيَّ شَيْءٌ قَالُ نَعَمْ اَلْاٍسْتِغْفَارُ لَهُمَا اِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا وَاَكْرَامُ صَدِيْقِهِمَاوصِلَةُ الرَّحِيْمِ الَّتِي لاَتُوْصَلُّ اِلَّا بِىهِمَا
“Sesungguhnya kedua orang tuaku sudah meninggal dunia, apakah masih ada jalan untuk berbuat baik kepadanya?”  Beliau bersabda:”Ya, yaitu dengan cara: memohonkan ampun bagi keduanya, melaksanakan janji (wasiat) keduanya, menghormati teman-teman keduanya, dan mempererat talipersaudaraan dengan kerabat keluarga”.














  1. Kesimpulan
Dari beberapa potongan ayat Al-Qur’an dan hadits diatas, bahwa Allah Ta’ala benar-benar telah mewasiatkan kewajiban untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dengan jelas dan nyata, sehingga siapapun yang durhaka terhadap kedua orang tua akan menerima akibat dari Allah swt.  Karena wasiat itu Allah mulai dengan perintah supaya bertauhid dan beribadat kepada Allah.   Kemudian perintah untuk memelihara kedua orang tua itu dipersempit sehingga tidak memberi keringanan dalam bentuk kata-kata yang paling remeh sekalipun yang diucapkan oleh seseorang yang merasa kesal terhadap orang tua.  Walaupun Allah memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua, tetapi jika keduanya memaksa kita agar mengikuti agama keduanya yang musyrik, maka jangan kita menaatinya, tetapi anak harus tetap mempergauli orang tuanya dengan cara yang baik dan anak tidak boleh membenci orang tua, bahkan berbakti kepada keduanya lebih utama dari pada jihad di jalan Allah.  Kewajiban berbakti kepada orang tua tidak hanya ketika orang tua masih hidup di dunia ketika sudah meninggal duniapun anak tetap wajib berbakti kepada keduanya dengan cara memohonkan ampun bagi keduanya, melaksanakan janji (wasiat) keduanya, menghormati teman-teman keduanya, dan mempererat talipersaudaraan dengan kerabat keluarga”
Jika manusia telah memperbaiki niat untuk senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tua, dan taat kepada Allah Ta’ala, serta menunaikan hak-hak wajib terhadap orang tua tetapi tanpa sengaja dan tanpa sadar kita lupa akan kewajiban menunaikan hal itu, maka Allah akan mengampuni atas kekhilafan yang kita lakukan.  Karena Dialah yang maha pengampun terhadap orang-orang yang mau bertaubat dari dosa-dosa dan berhenti dari kemaksiatan yang dilakukan terhadap Allah. 
Bagi orang yang mau merendahkan diri dan tunduk atau patuh terhadap kedua orang tua, ditutuplah ayat mengenai birru al-walidain dengan doa untuk mereka dan permohonan rahmat atas mereka berdua.  Dengan belas kasih Allah terhadap kedua orang tua, maka hal tersebut digandengkan dengan ke-Esaan Allah dan larangan syirik terhadap-Nya. 
Jangan lupa senantiasa bersyukur, berterimakasih dan selalu mendoakan keduanya, serta tampakkan wajah manis pada keduanya karena “keridhoan Allah tergantung pada keridhoan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orang tua.”
Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap orang tua kita, jangan sampai kita menyakiti orang tua, berprasangka buruk terhadap orang tua kita dan jangan sampai kita durhaka kepada orang tua.  Sayangi mereka sebagaimana mereka menyayangi kita diwaktu kecil.