IBU
Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen pengampu: Abdullah
Ma’sum Alh , M.pd.I
Disusun oleh:
Akhmad Nilson Fanani (2015010137)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL-QURAN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2017
IBU
A.
Pengertian Ibu
Ibu, dialah sumber kasih sayang mengasuh dan
memberi tanpa batas. Dialah prajurit malam yang selalu berjaga dan terjaga.
Menemani ketidakberdayaan kita. Dia yang selalu mendahulukan anaknya dari
dirinya sendiri, mencintai tanpa menuntut balas. membangun
karakter dan menyembuhkan hati yang luka, mendidik,
membimbing, memberi kenyamanan, memelihara, mendukung, merangkul, menghargai,
menyemangati serta bagi saya sendiri ibu adalah makhluk Tuhan paling
sempurna karena ia bisa menggantikan siapapun namun tidak bisa diganti oleh
siapapun.
Ibu,
sebuah kata yang jujur nan kuat, diucapkan semua makhluk hidup dalam bahasanya
masing-masing. Dengan kata ‘ibu’ pada makhluk itu mendapatkan kasih sayang,
ketulusan hati, kehangatan, pengorbanan, cinta yang agung, yang dicipta dan
ditumbuhkan Allah dalam diri semua ibu terhadap anak-anaknya. Karena itu, Allah
SWT berwasiat kepada manusia untuk taat kepadanya, seperti juga Rasul-Nya telah
berpesan agar kita senantiasa berbakti kepadanya
B.
Ayat Al-Qur’an tentang Ibu
وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ
الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu-bapaknya ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman : 14)
C.
Ayat yang masih berkaitan dengan ayat di atas
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ
أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا
وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
(QS. Al Isra : 23)
وَبَرًّا
بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS.
Maryam : 32)
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي
صَغِيرًا
“Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah; ‘Wahai
Tuhanku, kasihilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka berdua telah mendidik
hamba sewaktu kecil.” (Q.S Al Israa : 24)
D. Hadist yang berkaitan tentang Ibu
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ
إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ،
مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟
قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ
أَبُوْكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus
berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’
Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu
‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali,
‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian
ayahmu.'” (HR.
Bukhari dan Muslim)
عَنْ مُعَاوِيَةَ
بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ،
وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ. فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ.
قَالَ: فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
Dari
Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi
lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang
kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih
mempunyai ibu?" Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau
tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua
kakinya."
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ : رِضَا الرَّبِّ فِي
رِضَاالْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَلَدِ.
“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia
berkata, “Ridha Allah tergantung ridha orang tua dan murka Allah tergantung murka orang tua.“ (Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan jika sampai pada sahabat, namun shahih jika sampai pada Nabi
Muhammad SAW )
لا يدخل الجنة عاقٌّ,
وَلَا مَنَّانٌ, وَلَا مُدْمِنُ خَمْرٍ.
“Tidak
akan memasuki surga orang yang durhaka kepada orang tuanya, yang
menunjuk-nunjukkan pemberiannnya dan orang yang kecanduan minuman keras.”(H.R. Bukhari Muslim).
E. Kesimpulan
Jangan pernah berani dengan orang tua apalagi dengan ibu kandung kita sendiri, hormatilah keduannya agar kamu mendapatkan ridho Allah SWT. Rendah dirilah terhadap keduannya, jangan sombong apalagi berkata kotor.
Jangan pernah berani dengan orang tua apalagi dengan ibu kandung kita sendiri, hormatilah keduannya agar kamu mendapatkan ridho Allah SWT. Rendah dirilah terhadap keduannya, jangan sombong apalagi berkata kotor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar