Jumat, 09 Juni 2017

AKHMAD ALIM MAULANA AYAT DAN HADIST DAKWAH



Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist tentang Dakwah

Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu :Bapak Abdullah Ma’shum, Alh. S.Pd.I





Disusun Oleh :
Akhmad Alim Maulana (2015010172)




FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2016


بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١
1.  Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1].
[1]  Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
A.  Ayat-ayat munasabah tentang dakwah
Dakwah berasal dari bahasa Arab yakni dapat diambil masdar dari “da’a, yad’u, da’wah” yang artinya adalah memanggil, mengajak atau memnyeru.
     Sercara istilahnya dakwah bisa mengandung arti pembinaan atau pengembangan. Pembinaan itu untuk orang-orang yang baru atau belum masuk Islam, sedang pengembangan yakni untuk orang-orang yang sudah lama Islam.
     Berikut beberapa ayat dan hadis tentang dakwah yang penulis jabarkan :
وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤
104.  Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.
[217]  Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
      Ayat diatas adalah salah satu ayat yang mewajibkan untuk berdakwah. Yakni pada kata “waltakumminkum” mungkin kata itu merujuk pada para ulama atau da’i. namun hakikat yang benar adalah untuk setiap orang yang mau mencegah perbuatan buruk dan menyeru kebaikan. Artinya siapapun orang itu yang mau menyeru pada perbuatan baik dan mencegah perbuatan buruk maka mereka adalah orang-orang yang beruntung.
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ١١٠
110.  Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
     Ayat diatas diatas kembali lebih menekankan bahwasanya kamu adalah umat terbaik yang dikeluarkan Tuhan untuk seluruh umat karena kamu menyeru pada kebaikan dan menghindari dari keburukan.
فَذَكِّرۡ إِنَّمَآ أَنتَ مُذَكِّرٞ ٢١
21.  Maka berilah peringatan, Karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.
     Artinya manusia hanyalah wajib untuk mengajak kebaikan, bukan memaksa. Perkara yang diajak mau atau tidak itu urusan dia dan Tuhanya.

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥
125.  Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
[845]  Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
     Pada ayat ini memberi tahu bahwa hakikat dakwah adalah mengajak mereka yang belum dijalan Allah agar mau dijalan Allah. Dan hanya mengajak saja. Dengan hikmah yakni kebenaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan dengan mauidhotulnkhasanah atau perkataan yang baik atau nasihat. Kemudian wajadilhum billathi hiya akhsan yakni membantah dengan cara yang baik dan lembuut tidak menyakiti hati lawan debatnya.

B.  Hadist tentang dakwah
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرٍفَا عِلِهِ  روه مسلم
Barang siapa yang menunjukan pada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakanya. (HR. Muslim)
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْ يُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ  فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ
Rasulullah pernah bersabda “barang siapa yang melihat kemungkaran, makla cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa maka cegahlah dengan hatimu, dan mencegah dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman” (HR. Muslim
بَلغوا أني ولو أاية
Sampaikanlah walaupunn satu ayat.
مَنْ يُحْرَمُ الرِّفْقُ يُحْرَمُ الْخَيْرُ (رواه مسلم)
Barang siapa yang tidak mempunyai kelembutan padanya maka tidak ada kebaikan padanya (HR. Muslim)
وقال النبي صلى الله عليه وعلى اله وسلم وهو يبعث الناس : يَسُرُّوْا, وَلَا تُعَسِّرُوْا وَلَا تُنَفِّرُوْا, فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِيْنَ وَلَمْ تُبْعَثُوْا مُعَسِّرِيْنَ
Hendaklah kalian bersikap memudahkan bukan menyulitkan. Hendaklah kalian menyampaikan kabar gembira dan jangan membuat mereka lari, kalian diutus untuk memudahkan dan bukan untuk menyulitkan.


C.      Kesimpulan penulis
seperti yang tertera atau yang dijabarkan diatas, bahwasanya dakwah itu adalah seruan atupun ajakan untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan buruk. Karena ada baik dan buruk maka harus ada tolak ukurnya untuk mana yang dikatakan baik dan mana yang dikatakan buruk. Dalam hal ini tentunya tolak ukurnya adalah Al-Qur’an dan hadist Nabi SAW.
Sementara itu mengajak atau menyeru dalam ayat yang dijabarkan tadi berarti itulah tugas atau yang dilakukan dakwah. Yakni hanya sekedar menyerukan hal yang baik saja. Bukan memaksakan, karena agama Islam adalah agama yang penuh dengan keselamatan tidak ada paksaan di dalamnya. Namun perlu di ingat, seorang da’i bukan hanya menyeru kepada kebaikan dan mencegah pada keburukan saja, namun apapun yang jadi nasihat ataupun wejangan da’i harus sudah dilakukan olehnya. Artinya bukan hanya sekedar ngomong saja, tapi juga mempraktekan. Di indonesia seorang da’i biasanya ceramahnya itu sering disebut mauidhoh khasanah. Nah menurut penulis dari buku dan ceramah-ceramah yang pernah didengarkan menyimpulkan bahwasanya syarat dari mauidhoh khasanah hanya satu, yakni seorang yang bermauidhoh khasanah ataupun ceramah harus uswatun khasanah. Artinya semua omonganya itu bukan hanya sekedar bualan melainkan juga amalan yang dilakukanya. Seorang tidak akan digubris omonganya bila hanya ngomong saja tetapi tidak melakukan. Contoh simpelnya, orang tua menyuruh anaknya untuk mendirikan Sholat tapi dia sendiri tidak sholat, maka otomatis si anak akan malas dan punya alasan untuk membantah ajakan orang tuanya itu. Walaupun undzur maqola wala tandzur manqola, tapi ya harus nalar juga. Tak pantas lah bila ngomong tapi tidak mengamalkan.


     Kemudian dari ayat diatas pula disebutkan bahwa kita orang Islam itu sangatlah beruntung karena diutus srbagai khalifah sebagai penyeru kebaikan dan mencegah keburukan. Dari itu dapat disimpulkan bahwasanya tidak hanya da’i yang wajib untuk berdakwah. Tapi juga semua orang muslim yang mempunyai pengetahuan (hikmah) diwajibkan untuk menyampaikanya. Dari hadis diatas disampaikan sampaikanlah walaupun satu ayat. Dan cara menyampaikanya itu dengan lemah lembut. Jangan membuat lari orang, karena islam adalah rohmatallil alamin. Artinya ya ketika kita menyampaikan suatu pengetahuan jangan membuat orang lain merasa malas kemudian menjauh. Tapi buatlah semua orang merasa terbela. Dan kita hanya wajib mengajak tok, artinya setelah kita mengaajak berarti kewajiban kita sudah gugur satu. Masalah yang diajak mau atau tidak itu urusannya dengan Allah atau Tuhanya. Dan jangan sekali-kali mengecap orang dengan kafir atau buruk, karena yang punya hak atas itu hanyalah Allah SWT. Kita harus tahu diri bahwa kita adalah manusia yang selalu penuh kesalahan. Kita bukanlah Tuhan, seperti pada ayat Al-fatikah ‘ihdinashirathal mustaqim” tunjukanlah kami jalan yang lurus, artinya kita semua belum berada dijalan yang lurus. Jadi jangan saling menyalahkan atau membenarkan sesuatu yang tidak kita ketahui.
     Semua da’i punya metode ataupun cara untuk menyampaikan ilmunya (dakwah). Maka dari itu berbedalah antar da’i satu dengan da’i lainya karena perbedaan cara berfikir dan lain sebagainya. Derngan itu semua maka tidak ada yang salah mereka memakai metode apa yang penting tidak keluar dari ajaran Al-Qur’an dan hadist Nabi SAW.
     Sementara itu pada kajian diatas bahwasanya jangan mempersulit tapi ada anjuran mempermudah dengan lemah lembut. Yang dimaksud itu adalah kita atau seseorang yang mau menyampaikan sesuatu haruslah mengerti situasi dan kondisinya. Karena dakwah itu ada 3 macam :
1.     Dakwah untuk kalangan orang-orang awam
Yakni dakwah kepada orang-orang yang imanya masih lemah atau bahkan mualaf yang baru masuk. Nah dakwah pada kalangan ini kita mempermudahnya dengan cara memnyiapkan bahasa yang mudah dimengerti, dan ajakanya harus lemah lembut artinya bagaimana caranya agar mereka bedah berlama-lama mendengarkan apa yang disampaikan. Jangan malah langsung menyuruh dengan kekerasan, karena pasti mereka akan lari.
2.     Dakwah dengan kalangan menengah
Arinya dakwah pada tahap ini yakni dakwah pada kalangan yang sedang mengembangkan keislamanya atau bahkan kalangan yahng sama kualitas imanya.
3.     Dakwah dengan orang kafir (perdebatan)
Nah perdebatan ini dilakukan dengan tujuan sama-sama mencari kebenaran. Pada dakwah ini biasanya pembicaranya adalah orang yang keislamanya sudah tinggi. Ada fakultas kampus yang belajar ilmu-ilmu ini yakni tentang perbandingan agama. Perdebatan ini harus dilakukan dengan baik yakni sopan, tidak membuat lawan debat marah serta menggunakan dalil-dalil yang benar, tidak ngarang atau ngawur. Seperti yang dijelaskan pada ayat diatas yakni pada kata “wajadilhum bilathi hiya akhsan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar