Minggu, 11 Juni 2017

TA'AWUN


TA’AWUN (TOLONG – MENOLONG)
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Tafsir Tarbawi yang diampu oleh Dosen Abdullah Maksum, Alh. M.Pd. I.





Disusun oleh :
TRI MULYANI 2015010184


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS  SAINS AL QUR’AN
JAWA TENGAH DI WONOSOBO

TA’AWUN ( TOLONG – MENOLONG )
Manusia adalah makluk sosial, artinya makluk yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia sebagai makhluk Tuhan, tidak ada yang sempurna dan tidak bisa menyamai sang pencipta-Nya. Tidak ada seorang pun manusia yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, sekaya apapun harta yang dimilikinya.
            Bukan hanya dalam hadits-hadits Rasulullah shalallahualaihiwasalam, dalam Al-Qur’an pun sebagai sumber rujukan utama banyak dijelaskan tentang sikap tolong-menolong itu.
            Tolong menolong atau ta’awun adalah kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat dipungkiri. Kenyataan membuktikan, bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang membutuhkan pihak lain, pasti tidak akan dapat dilakukan sendirian oleh seseorang meski dia memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang hal itu. Ini menunjukkan, bahwa tolong-menolong dan saling membantu adalah keharusan dalam hidup manusia.

A.    DASAR DASAR SIKAP TA’AWUN
1.      Qs. Al-Maidah Ayat 2
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُحِلُّواْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ وَلَا ٱلشَّهۡرَ ٱلۡحَرَامَ وَلَا ٱلۡهَدۡيَ وَلَا ٱلۡقَلَٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ ٱلۡبَيۡتَ ٱلۡحَرَامَ يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّن رَّبِّهِمۡ وَرِضۡوَٰنٗاۚ وَإِذَا حَلَلۡتُمۡ فَٱصۡطَادُواْۚ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَ‍َٔانُ قَوۡمٍ أَن صَدُّوكُمۡ عَنِ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ أَن تَعۡتَدُواْۘ وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ٢
2.      Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya
a.       Sebab Turunya Ayat
Menurut Zaid bin Aslam menuturkn, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Rasulullah dan para sahabat saat berada di Hudaibiyyah, yang di halangi orang-orang musyrikinuntuk sami ke Baitullah, keadaan ini membuat sahabat marah, suatu ketika, dari arah timur, beberapa orang musyrikin yang akan umrah berjalan melintasi mereka. Para sahabat pun berkata, bagimana jika kita juga menghalangi mereka, sebagaimana kita pernah di halang-halangi.
b.      Penjelasan Ayat
Makna al-birru (الْبِرِّ) dan at-taqwa (التَّقْوَى ) Dua kata ini, memiliki hubungan yang sangat erat.Karena masing-masing menjadi bagian dari yang lainnya.
Secara sederhana, al-birru (الْبِرِّ) bermakna kebaikan. Kebaikan dalam hal ini adalah kebaikan yang menyeluruh, mencakup segala macam dan ragamnya yang telah dipaparkan oleh syariat.
“Al-Birru adalah satu kata bagi seluruh jenis kebaikan dan kesempurnaan yang dituntut dari seorang hamba. Lawan katanya al-itsmu (dosa) yang maknanya adalah satu ungkapan yang mencakup segala bentuk kejelekan dan aib yang menjadi sebab seorang hamba sangat dicela apabila melakukannya”.(Imam Ibnul Qayyim)
Allah Subḥānahu wa Ta’ālā mengajak untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dengan beriringan ketakwaan kepada-Nya. Sebab dalam ketakwaan, terkandung ridha Allah. Sementara saat berbuat baik, orang-orang akan menyukai. Barang siapa memadukan antara ridha Allah dan ridha manusia, sungguh kebahagiaannya telah sempurna dan kenikmatan baginya sudah melimpah.
      “Allah Subḥānahu wa Ta’ālā memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin agar saling berta’awun di dalam aktivitas kebaikan yang mana hal ini merupakan al-Birr, kebajikan) dan agar meninggalkan kemungkaran yang mana hal ini merupakan at-Taqwa. Allah melarang mereka dari saling bahu membahu di dalam kebatilan dan tolong menolong di dalam perbuatan dosa dan keharaman.”( Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anil Azhim)

c.       Qs. Al-Ashr Ayat 1-3
وَٱلۡعَصۡرِ ١  إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢  إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
1. Demi masa
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran
a.       Sebab turunnya ayat
Syekh Muhammad Abduh bahwa masyarakat arab apabila hari telah sore, duduk bercakap-cakap membicarakan soal-soal kehidupan dan cerita lain yang berkenaan dengan urusan hidup sehari-hari, banyak pula yang bermegah-megahan asal usul nenek moyang, kedudukan serta harta kekayaan, akibatnya terjadi pertengkaran dan saling menyakitihati sehingga menimbulkan pertikaian dan permusuhan. Melihat kenyataan itu, sebagian mereka ada yang mengutuk waktu ashar, mereka mengatakan bahwa waktu ashar adalah waktu yang celaka atau waktu naas, menurut mereka banyak bahaya yang terjadi pada waktu ashar. Berkaitan dengan kisah itu, turunlah surah Al-Ashr yang memberikan penjelasan bahwa waktu ashar tidak salah, kesalahan sebenarnya ada pada manusia yang menggunakan waktu tersebut dari hal-hal yang tidak terpuji
b.      Penjelasan ayat
Pada ayat pertama Allah SWT bersumpah dengan menyebut masa, maksudnya agar Rasulullah SAW dan orang-orang yang beriman lebih lebih memerhatikan masalah waktu dan mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Pada ayat kedua bahwa manusia dalam keaadaan merugi, hari-harinya diisi dengan kesibukan menikmati dunia sesuai dengan keinginan hawa nafsu tanpa ada pemikiran kalau dunia ini hanyalah sementara.
Pada ayat ketiga menjelaskan bagaimana cara yang harus dilakukan agar tidak termasuk orang yang rugi, yaitu beriman dan beramal shaleh, saling menasehati tentang kesabaran dan kebenaran, saling tolong menolong.

d.      Qs. Al-Anfal Ayat 73
وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍۚ إِلَّا تَفۡعَلُوهُ تَكُن فِتۡنَةٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَفَسَادٞ كَبِيرٞ ٧٣
73. Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar
a. Sebab Turunya Ayat
Menurut Abu Malik, ayat ini diturunkan berkenaan dengan seseorang laki-laki yang suatu ketika bertanya kepada Rasulullah, apakah kita boleh memberikan harta warisan kepada keluarga kita yang  musyrik atau menerimanya dari mereka?.[1][6]
b.       Penjelasan Ayat
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa semua orang kafir meskipun berlainan agama dan aliran, karena ada di antara mereka yang musyrik, Nasrani, Yahudi dan sebagainya dan meskipun antara mereka sendiri terjadi perselisihan dan kadang-kadang permusuhan, mereka semua itu adalah sama-sama menjadi kawan setia antara sesama mereka dalam berbagai urusan. Sebagian mereka menjadi pemimpin bagi yang lain bahkan kadang-kadang mereka bersepakat untuk memusuhi dan menyerang kaum Muslimin seperti terjadi pada perang Khandaq. Di waktu turunnya surah ini dapat dikatakan bahwa yang ada hanya kaum musyrikin dan Yahudi. Orang Yahudi sering mengadakan persekutuan dengan kaum musyrikin dan menolong mereka dalam menghadapi kaum Muslimin bahkan kerap kali pula mengkhianati perjanjian sehingga mereka diperangi oleh kaum Muslimin dan diusir dari Khaibar keluar kota Madinah. Jadi wajiblah kaum Muslimin menggalang persatuan yang kokoh dan janganlah sekali-kali mereka mengadakan janji setia kawan dengan mereka atau mempercayakan kepada mereka mengurus urusan kaum Muslimin, karena hal itu akan membawa kepada kerugian besar atau malapetaka. Allah memperingatkan bila hal ini tidak diindahkan, maka akan terjadilah fitnah dan kerusakan di muka bumi.

c.       Qs. At-Taubah Ayat 28
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِنَّمَا ٱلۡمُشۡرِكُونَ نَجَسٞ فَلَا يَقۡرَبُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ٱلۡحَرَامَ بَعۡدَ عَامِهِمۡ هَٰذَاۚ وَإِنۡ خِفۡتُمۡ عَيۡلَةٗ فَسَوۡفَ يُغۡنِيكُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦٓ إِن شَآءَۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٞ ٢٨
28. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
a.Tafsir
Dalam Tafsir Al-Qur’an yang disusun Kementerian Agama RI, Surah At Taubah 71 ini menerangkan bahwa orang-orang mukmin, baik pria maupun wanita saling menjadi pembela di antara mereka. Selaku mukmin ia membela mukmin lainnya karena hubungan seagama dan lebih-lebih lagi jika mukmin itu saudaranya karena hubungan darah. Wanita pun selaku mukminah turut membela saudara-saudaranya dari kalangan laki-laki mukmin karena hubungan seagama sesuai dengan fitrah kewanitaannya sebagaimana istri-istri Rasulullah dan istri-istri para sahabat turut pula ke medan perang bersama-sama tentara Islam untuk tugas menyediakan air minum dan menyiapkan makanan karena orang-orang mukmin itu sesama mereka terikat oleh tali keimanan yang membangkitkan rasa persaudaraan, kesatuan, saling mengasihi dan saling tolong menolong. Kesemuanya itu didorong oleh semangat setia kawan yang menjadikan mereka sebagai satu tubuh atau satu bangunan tembok yang saling kuat-menguatkan dalam menegakkan keadilan dan meninggikan kalimat Allah. Sifat mukmin yang seperti itu banyak dinyatakan oleh hadis-hadis Nabi Muhammad saw.


B.     HADITS TENTANG TA’AWUN
1. Hadits riwayat Muttafaq Alaih
اَ لْمُؤْ مِنُ لِلمُؤْمِنِ كَا لْبُنْيَا نِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا (ثُمَّ سَبَّك بَيْنَ اَصَا بِعِهِ )
Artinya :”Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan saling mengokohkan satu dengan yang lain. (Kemudian Rasulullah SAW merapatkan jari-jari tangan beliau).” (HR. Muttafaq Alaih).

2. Hadits riwayat Asysyihaab
اَلْمُسْلِمُوْنَ يَدٌوَاحِدَةٌعَلَى مَنْ سِوَاهُمْ
Artinya : “Kaum muslimin ibarat satu tangan terhadap orang-orang yang di luar mereka.” (HR. Asysyihaab).

3. Hadits riwayat Tirmidzi
يَدُ الّلهِ الجَماَ عَةِ, وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ
Artinya : “Kekuatan disettakan kepada jama’ah. Barangsiapa menyimpang (serong dan memisahkan diri) maka dia menyimpang menuju neraka.” (HR. Tirmidzi)

4. Hadits riwayat Bukhari
هَاْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَا ءِكُمْ
Artinya : “Tiadalah kamu mendapat pertolongan (bantuan) dan rezeki kecuali karena orang-orang yang lemah dari kalangan kamu.” (HR. Bukhari)




5. Hadits riwayat Ibnu Abi Addunia dan Asysyihaab
عَوْ نَكُ الضَّعِيْفَ مِنْ اَفْضَلِ الصَّدَقَةِ
Artinya : “Pertolonganmu terhadap orang lemah adalah sodaqoh yang paling afdol.”


KESIMPULAN
Sebagaimana penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa tolong menolong dalam hal kebaikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari, dan juga memiliki manfaat, diantaranya menguatkan hubungan antara sesama muslim, adapun tolong menolong dalam perbuatan maksiat adalah haram, dan akan mendapat dosa sehingga tolong menolong dalam perbuatan maksiat adalah dilarang.
Dengan jelas, ayat di atas memuat kewajiban saling membantu di antara kaum Mukminin untuk menegakkan agama dan larangan bagi mereka untuk bekerjasama dalam menodainya. Bukan sebaliknya yaitu malahan melemahkan semangat beramal orang, mengejek orang yang berusaha konsisten dengan syariat maupun menjadi dalang tersebarnya perbuatan maksiat di tengah masyarakat. Wallahu a’lam.
Allah mengajak untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dengan beriringan ketakwaan kepada-Nya. Sebab dalam ketakwaan, terkandung ridha Allah. Sementara saat berbuat baik, orang-orang akan menyukai. Barang siapa memadukan antara ridha Allah dan ridha manusia, sungguh kebahagiaannya telah sempurna dan kenikmatan baginya sudah melimpah.
Dalam hal saling tolong-menolong dan saling waris-mewarisi, maka tidak ada saling waris-mewarisi antara kalian dan mereka. Adapun hikmah dari tolong menolong (Ta’awun) antara lain yaitu, Menciptakan hidup yang tentram dan harmonis dan jugaMenumbuhkan rasa gotong-royong antar sesama.
Kita sebagai makhluk Tuhan harus selalu saling menolong dan saling menghargai antara satu dengan yang lainnya. Hal ini bertujuan demi terwujudnya keharmonisan dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.
Pertolongan dapat diberikan berupa harta benda, do’a, memberikan saran dan nasihat dan lain sebagainya. Islam menganjurkan kepada umatnya agar selalu tolong menolong antar sesama manusia. Pertolongan dapat diwujudkan dalam bentuk zakat, infak, wakaf dan lain-lain.






Ø  Dampak positif ta’awun :
1.      Dengan tolong-menolong, pekerjaan akan dapat terselesaikan dengan lebih sempurna.
2.      Dengan ta’awun dakwah akan lebih sempurna dan tersebar.
3.      Dengan saling menolong dan kerja sama, maka akan memperlancar pelaksanaan perintah Allah, membantu terlaksananya amar ma’ruf dan nahi munkar.
4.      Ta’awun melahirkan cinta dan belas kasih antara orang yang saling menolong dan menepis berbagai macam fitnah.
5.      Ta’awun mempercepat tercapainya target pekerjaan, dengannya pula waktu dapat dihemat.
6.      Ta’awun akan memudahkan pekerjaan, memperbanyak orang yang berbuat baik, menampakkan persatuan dan saling membantu.

Ø  Cara membiasakan ta’awun :
1.    Menjauhi penyakit hati
2.    Memperbaiki hubungan sesama muslim
3.    Menyatukan barisan dan meminimalisir perbedaan
4.    Membudayakan sikap ringan tangan
5.      Menyadari Bahwa Ta’awun adalah Sebuah Keharusan di Setiap Tempat
6.      Membiasakan tepat waktu
7.      Menyadari Pentingnya Da’wah
8.      Menyadari bahwa salah satu sebab kemunduran dan lemahnya umat Islam adalah karena sikap saling menjauh antara mereka

Ø  Bentuk-bentuk ta’awun :
1.      Al mu’in wal musta’in
Yaitu orang yang memberi pertolongan dan juga minta tolong.
2.      La Yu’in wala yasta’in
Yaitu orang yang tidak mau menolong dan juga tidak minta tolong.
3.      Yasta’in wa la Yu’in
Yaitu orang yang maunya minta tolong saja, namun tidak pernah mau menolong.
4.      Yu’in wala Yasta’in
Yaitu orang yang selalu menolong orang lain, namun dia tidak meminta balasan pertolongan mereka.




Ø  Motivasi Untuk Melakukan Tolong-Menolong :
1.      Mencari ridho Allah.
2.      Mencontoh akhlak Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, karena Rasulullah adalah pribadi yang semangat melakukan tolong menolong dalam kebaikan.
3.      Mengharapkan pahala yang lebih banyak.
4.      Dengan tolong menolong maka lebih aman dari tipu daya musuh.

Ø  Hal-hal Yang Dapat Menguatkan Tolong-Menolong :
1.        Jujur
2.        Sabar
3.        Akhlaq mulia
4.        Berlemah lembut
5.        Hilm (menahan diri untuk melampiaskan amarah walaupun mampu) dan tidak tergesa-gesa
6.        Tawadhu’
7.        Menjauhi tujuan duniawi

Ø  Perkara Yang Berkaitan Dengan Tolong Menolong :
1.        Najwa (pembicaraan rahasia), Hukum asal najwa adalah haram.
2.        Medan-medan tolong menolong sangat banyak, contohnya tolong menolong bersama para da’i dalam dakwah, tolong menolong dengan pemerintah, menasehati orang yang salah, membantu dan memenuhi keperluan orang lain.
3.        Menghalangi orang yang tolong menolong dalam kebaikan adalah dosa yang sangat besar. Bahkan bisa termasuk menghalangi manusia dari agama Allah.

Ø  Perkara Yang Menghalangi Dari Tolong Menolong :
1.      Kebencian atau permusuhan
Sebagian orang mengatakan bahwa kebencian atau permusuhan menghalagi dari tolong menolong.
2.      Adanya kesalahan
Adanya kesalahan pada seseorang tidak menghalangi dari tolong menolong. Karena setiap orang pasti punya salah. Kita tolong menolong dalam hal yang baik saja bukan pada hal yang tidak benar.

3.      Adanya hajr
Pada dasarnya hajr atau memboikot dilarang dalam Islam kecuali karena hal yang dibenarnya. Alasan hajr dibenarkan: ada manfaat bagi yang dihajr, bagi yang menghajr atau bagi manusia.
4.      Adanya celaan
Adanya celaan pada dirimu jangan sampai menghalangimu dari kerja sama.

Ø Hikmah Tolong Menolong (Ta’awun) Dalam Kebaikan :
1)      Dapat lebih mempererat tali persaudaraan
2)      Menciptakan hidup yang tentram dan harmonis
3)      Menumbuhkan rasa gotong-royong antar sesama




Tidak ada komentar:

Posting Komentar