HATI YANG BERSIH
Dosen
pengampu: Bapak Abdulloh
Maksum, Alh., S. Pd. I
Disusun oleh :
IIN
KURNIATI (2015010025)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS
AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2017
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT menginginkan agar seluruh hamba-Nya dapat
memiliki hati yang bersih, yang dapat mengantarkan mereka pada surga Allah SWT,
sekaligus untuk menyempurnakan segala kenikmatan yang diberikan kepada seluruh
hamba-Nya. Untuk menyucikan hati manusia, Allah menurunkan Al Qur’an, guna dijadikan pedoman hidup manusia.
عَنْ أَ بِي هُرَيْرَةَ قَا لَ رَسُو لُ اللَّهِ صَيلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمُ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ
إِلىَ صُوَرِكُمْ وَ أَمْوا لِكُمْ
وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُو بِكُمْ وَأَعْمَا لِكُمْ
“Abu
Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, Sesungguhnya Allah tidak
melihat bentuk dan hartamu, tapi Dia melihat hati dan pekerjaanmu” (HR. Ibnu Hibban).
Tidak seorang pun mengetahui isi
hati orang lain kecuali Allah SWT dan dirinya sendiri. Firman Allah dalam QS.
Hud ayat 5 :
ألَآ إِنَّهُمۡ يَثۡنُونَ صُدُورَهُمۡ لِيَسۡتَخۡفُواْ
مِنۡهُۚ أَلَا حِينَ يَسۡتَغۡشُونَ ثِيَابَهُمۡ يَعۡلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا
يُعۡلِنُونَۚ إِنَّهُۥ عَلِيمُۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ ﴿5﴾
“Ingatlah, sesungguhnya (orang munafik itu)
memalingkan dada mereka untuk menyembunyikan diri daripadanya (Muhammad).
Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa
yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui segala isi hati.”
Ibnu Rajab Al
Hambali rahimahullah mengisyaratkan bahwa baiknya amalan badan seseorang dan
kemampuannya untuk menjauhi keharaman, juga meninggalkan perkara syubhat (yang
masih samar hukumnya), itu semua tergantung pada baiknya hati. Para ulama katakan
bahwa hati adalah malikul adho (rajanya anggota badan), sedangkan
anggota badan adalah januduhu (tentaranya).
BAB II
PENGEMBANGAN
AYAT AL QUR’AN DAN HADITS
A. HATI YANG
BERSIH
Hati yang
bersih atau dalam bahasa Arab “Qolbun Salim” (bersih, suci dan lurus
yaitu hati yang lurus, bersih, suci dan ikhlas dalam segala gerak, fikiran,
perasaan, perbuatan dan lain sebagainya hanya kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an,
Allah menyebut istilah Qolbun Salim sebanyak dua kali.
1.
Dalam QS. Asy-Syu’ara (26) ayat 87 – 89 :
وَلاَ
تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ ﴿87﴾ يَوْمَ
لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُونَ﴿88﴾
إِلاَّ
مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿89﴾
“Dan janganlah
Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan
anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah
dengan hati yang bersih.”
2. Dalam QS. As Saffat (37) ayat 83 – 85
وَإِنَّ
مِنْ شِيعَتِهِ لإِبْرَاهِيمَ﴿83﴾ إِذْ
جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ﴿84﴾
إِذْ قَالَ لأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَاذَا
تَعْبُدُونَ﴿85﴾
“Dan
sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (Ingatlah) ketika
ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci. (Ingatlah) ketika ia
berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah itu?”
Para ulama katakan
bahwa walaupun hati (jantung) itu kecil
dibandingkan dengan bagian tubuh
yang
lain, namun baik dan jeleknya jasad tergantung
pada hati (Syarh Muslim, 11 ; 29).
Akal dan
kemampuan memahami, pusatnya adalah hati. Sumbernya adalah hati, bukan di otak
(kepala), demikian
disimpulkan oleh Ibnu Batthol dan
Imam Nawawi rahimahullah.
B. AYAT-AYAT
LAIN YANG BERKAITAN DENGAN HATI
Hati yang bersih mempunyai tanda-tanda
yang nampak dari zhahirnya. Sebab, hati yang baik dan suci akan
melahirkan amal ibadah yang saleh dan tindakan yang baik. Sebagaimana
disinggung dalam ayat-ayat Al Qur’an.
1.
QS. Ar Ra’du ayat 28 :
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْ
بُهُمْ بِذِ كْرِاللهِؕ اَلاَبِذِكْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ ﴿28﴾
“(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
2.
QS.
Al Hajj ayat 35 :
ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَٱلصَّٰبِرِينَ
عَلَىٰ مَآ أَصَابَهُمۡ وَٱلۡمُقِيمِي ٱلصَّلَوٰةِ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ
يُنفِقُونَ ﴿٣٥﴾
“(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa
mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan
sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka.”
3. QS. Al Anfal ayat 2 :
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا
ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ
زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ ﴿2﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah
mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal.”
4.
QS. Al Hasyr ayat 10
:
úïÏ%©!$#ur râä!%y` .`ÏB öNÏdÏ÷èt/ cqä9qà)t $uZ/u öÏÿøî$# $oYs9 $oYÏRºuq÷z\}ur úïÏ%©!$# $tRqà)t7y Ç`»yJM}$$Î/ wur ö@yèøgrB Îû $uZÎ/qè=è% yxÏî tûïÏ%©#Ïj9 (#qãZtB#uä !$oY/u y7¨RÎ) Ô$râäu î LìÏm§﴿10﴾
Dan orang-orang
yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb
kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara kami yang Telah beriman lebih dulu
dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap
orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang."
5.
QS. Al Fath ayat 4 :
uqèd üÏ%©!$# tAtRr& spoYÅ3¡¡9$# Îû É>qè=è% tûüÏZÏB÷sßJø9$# (#ÿrß#y÷zÏ9 $YZ»yJÎ) yì¨B öNÍkÈ]»yJÎ) 3 ¬!ur ßqãZã_ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 tb%x.ur ª!$# $¸JÎ=tã $VJÅ3ym ÇÍÈ
“Dia-lah
yang telah
menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka
bertambah di samping keimanan mereka (yang Telah ada). dan kepunyaan Allah-lah
tentara langit dan bumi[1]
dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana,”
6.
QS. Az Zumar ayat 23
:
ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحۡسَنَ ٱلۡحَدِيثِ كِتَٰبٗا مُّتَشَٰبِهٗا
مَّثَانِيَ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ ثُمَّ
تَلِينُ جُلُودُهُمۡ وَقُلُوبُهُمۡ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ
يَهۡدِي بِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٍ ﴿23﴾
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling
baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang ,
gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian
menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk
Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.”
7.
QS. Muhammad ayat
16-17 :
Nåk÷]ÏBur `¨B ßìÏJtGó¡o y7øs9Î) #Ó¨Lym #sÎ) (#qã_tyz ô`ÏB x8ÏYÏã (#qä9$s% tûïÏ%©#Ï9 (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# #s$tB tA$s% $¸ÿÏR#uä 4 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$# yìt6sÛ ª!$# 4n?tã öNÍkÍ5qè=è% (#þqãèt7¨?$#ur óOèduä!#uq÷dr& ÇÊÏÈ tûïÏ%©!$#ur (#÷rytG÷d$# óOèdy#y Wèd öNßg9s?#uäur óOßg1uqø)s? ÇÊÐÈ
“Dan di antara mereka ada orang yang
mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang
Berkata kepada orang yang Telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi):
"Apakah yang dikatakannya tadi?" mereka Itulah orang-orang yang
dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan orang-orang
yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan
memberikan balasan ketaqwaannya.”
8.
QS. Al Fajr ayat
27-30 :
$pkçJr'¯»t ߧøÿ¨Z9$# èp¨ZÍ´yJôÜßJø9$# ÇËÐÈ ûÓÉëÅ_ö$# 4n<Î) Å7În/u ZpuÅÊ#u Zp¨ÅÊó£D ÇËÑÈ Í?ä{÷$$sù Îû Ï»t6Ïã ÇËÒÈ Í?ä{÷$#ur ÓÉL¨Zy_ ÇÌÉÈ
“Hai
jiwa yang tenang. Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam
jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah
ke dalam syurga-Ku.”
C.
HADITS YANG
BERKAITAN DENGAN HATI
Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Nu’man
bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah SAW bersabda :
أَلَاوَإِنَّ
فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ
فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَ هِيَ الْقَلْبُ
“Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal darah yang apabila ia
sehat dan baik maka baiklah seluruh tubuh, sebaliknya apabila ia sakit maka
sakitlah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal darah itu adalah hati.” (HR. Bukhari Muslim)
Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa hati laksana nahkoda sebuah bahtera. Dimana arah
tujuan dari bahtera tersebut sangat ditentukan oleh sang nahkoda. Jika
nahkodanya memiliki niatan dan tujuan yang baik, Insyaa Allah akan membawa bahtera tersebut ke arah yang baik.
Sebaliknya, jika ia memiliki tujuan yang jahat, maka secara otomatis kapal
tersebut sedang berjalan ke arah yang negatif. Oleh karena itu sangat penting
bagi kita memiliki hati yang bersih guna menjadikan kehidupan kita benar-benar
sedang melaju ke arah yang baik, yaitu keridhaan Allah SWT.
Terdapat sebuah
ungkapan, bahwa siapa yang mengenal hatinya maka ia akan mengenal Rabbnya.
Namun disayangkan, karena betapa banyaknya manusia yang tidak mengenal hatinya
sendiri. Lalu Allah menjadikannya seolah dirinya terpisah dari hatinya.
Pemisahan ini dapat berbentuk penghalang untuk mengenal dan bermuroqobatullah
(selalu dalam pengawasan Allah). Dan atas dasar hal inilah, banyak ulama
yang menjadikan ma’rifatul qolb sebagai dasar dan pedoman bagi
orang-orang saleh yang ingin lebih mendekatkan dirinya kepada Allah.
إِنَّ
الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ
“Sesungguhnya orang beriman itu,
kalau berdosa, akan terbentuk bercak hitam di qalbunya.” (H.R Ibnu Majah)
Namun ternyata
banyak rintangan untuk mendekatkan hati kepada Allah. Karena
godaan syaitan sangat luar biasa terhadap diri manusia.
Imam
Al-Ghazali menggambarkannya dengan sebuah benteng yang dikepung oleh musuh yang
berambisi memasuki dan menguasainya. Benteng tersebut tentu harus dijaga
pintu-pintunya, guna menghindari desakan musuh yang bergerak menyerbunya. Namun
orang yang tidak mengetahui pintu-pintunya tentu tidak dapat menjaganya. Maka
demikian juga halnya dengan hati. Seseorang tidak mungkin dapat menjaganya
bahkan juga mengusir syaitan yang menyerangnya melainkan dengan mengetahui
pintu-pintu yang terdapat dalam hatinya tersebut. Pintu-pintu yang dapat dimasuki
syaitan diantaranya adalah iri hati, dengki, ambisi, emosi, hawa nafsu
(kemaksiatan), kemegahan (bermewah-mewah), cinta (lawan jenis), kesombongan, ketergesaan,
dsb.
Dalam
perumpamaan lain, syaitan itu digambarkan seperti seekor anjing lapar yang
mendekati seorang insan. Jika ia tidak memegang suatu makanan seperti daging
atau roti, maka akan dengan mudah mengusir anjing ini. Namun jika dalam
genggaman tangannya terdapat daging, roti dan makanan lainnya, maka akan lebih
sulit mengusir anjing tersebut. Perlu adanya kekuatan ekstra guna mengusirnya,
dengan kekuatan tangan, kaki atau kayu dan tongkat, barulah ia dapat mengusir
anjing itu. Demikian pula dengan hati yang dikuasai hawa nafsu serta jauh dari
dzikrullah. Sudah barang tentu ia menjadi mangsa para syaitan yang kelaparan.
Dan untuk mengusirnya juga diperlukan tenaga ekstra, berbeda dengan hati yang
hampa dari nafsu.
Salah satu doa yang sering dibaca oleh
nabi Muhammad SAW selepas shalat
yang berkaitan dengan hati :
اَللّٰهُمَّ
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلبِي عَلٰى دِيْنِكَ. اَللّٰهُمَّ مصرف القلوب
صرّف قلوبنا على طا عتك (رواه مسلم)
“Yaa Allah Dzat yang
membolak-balikkan hati, teguhkanlah kami untuk tetap mengikuti agamaMu. Yaa
Allah dzat yang membuat hati berpaling, kokohkanlah hati kami untuk senantiasa
taat kepada Mu.”
(HR. Muslim)
Ummu Salamah pernah menanyakan kepada
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, kenapa do’a tersebut yang sering
beliau baca. Nabi SAW seraya menjawab :
يَا
أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ اَدَمِىُّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ
مِنْ أَصَابِعِ اللهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di
antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan
berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa
menyesatkannya.” (HR. Tirmidzi
no. 3522. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dalam riwayat lain dikatakan :
إِنَّ الْقُلُو بَ بِيَدِ الله
عَزَّوَجَلَّ يُقَلَّبُهَا
“Sesungguhnya hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang
membolak-balikkannya.” (HR. Ahmad
3:257. Syaikh Syu’aib Al Arnuth mengatakan bahwa sanad hadits ini qowiy atau
kuat sesuai syarat Muslim)
“Qalbu berkarat karena dua hal yaitu lalai
dan dosa. Dan pembersihnya pun dengan dua
hal yaitu istighfar dan dzikrullah.” (HR. Ibnu
Ab’id dun ya Al-Baihaqi)
Pendidikan hati merupakan bagian penting
dari pembinaan rohani yang ditekankan pada upaya pengembangan potensi jiwa
manusia agar senantiasa dekat dengan Allah, cenderung kepada kebaikan dan
menghindar dari kejahatan. Apabila ia
telah melakukan suatu kejahatan, segeralah bertaubat.
Allah berfirman dalam QS. Qaf
ayat 33 :
مَّنۡ خَشِيَ ٱلرَّحۡمَٰنَ بِٱلۡغَيۡبِ وَجَآءَ بِقَلۡبٖ مُّنِيبٍ ﴿٣٣﴾
“(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang
Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati
yang bertaubat.”
BAB III
TAFSIR
Hati merupakan
sesuatu yang paling berharga dalam diri manusia. Karena dengan hatilah,
seseorang mampu mengenal Allah, beramal untuk mengharapkan ridha-Nya dan juga
guna mendekatkan diri kepada Allah. Sedangkan
jasad pada hakekatnya hanyalah menjadi pelayan dan pengikut hati, sebagaimana
seorang pelayan terhadap tuannya.
Walaupun hati itu kecil dibanding
bagian tubuh yang lain, namun baik tidaknya jasad tergantung pada hati. Akal
dan kemampuan memahami, tetapi hati lah yang menjadi pusatnya. Sumbernya pun
ada pada hati. Baiknya hati
adalah dengan takut pada Allah, rasa khawatir pada siksaNya, bertakwa dan
mencintaiNya. Jika hati itu rusak, tidak ada rasa takut pada Allah, tidak
khawatir akan siksaNya, dan tidak mencintaiNya, maka seluruh badan akan ikut rusak. Karena hati yang
memegang kendali seluruh jasad. Jika pemegang kendali ini baik, maka baiklah
yang dikendalikan. Jika ia rusak, maka rusaklah yang ia kendalikan. Seorang
muslim hendaklah meminta pada Allah agar dikaruniai hati yang baik.
Namun ternyata
banyak rintangan untuk mendekatkan hati kepada Allah. Karena
godaan syaitan sangat luar biasa terhadap diri manusia. Rusaknya hati adalah dengan terjerumus pada perkara syubhat, terjatuh dalam
maksiat dengan memakan yang haram. Bahkan seluruh maksiat bisa merusak
hati, seperti dengan memandang yang haram, mendengar yang haram. Hendaklah kita
melakukan sebab supaya baik hati kita. Namun baiknya hati tetap di tangan
Allah.
Untuk mengetahui isi hati manusia memang
sangatlah sulit, hanya Allah yang Maha Mengetahui segala isi hati, tetapi
sebagai sesama manusia bisa menilai isi hati dengan melihat yang nampak, yaitu zhahirnya. Allah tidak melihat sekaya dan sesempurna apa tubuh manusia, tetapi Allah melihat apa saja yang manusia lakukan dan isi hati mereka. Seperti apapun manusia
menyembunyikan segala hal, Allah tetap akan mengetahui, walaupun isi hati
terdalam sekalipun. Entah seberapa banyak cara kita menyembunyikannya, Allah
tetaplah Maha Mengetahui.
Tanda hati
yang bersih bisa dilihat dari zhahirnya, yaitu orang yang bersabar
terhadap segala hal yang menimpa mereka, mendirikan sembahyang dan menafkahkan
sebagian dari rizkinya. Hati yang bersih dimiliki pula
oleh orang mukmin dan orang beriman. Orang mukmin adalah yang memiliki
ketenangan dalam hatinya agar keimanan mereka senantiasa bertambah. Ketika
mereka mendengar nama Allah, hati mereka bergetar dan gemetar karena takut pada
Allah. Ketika mengingat Allah, menjadi tenanglah kulit dan hati mereka. Ketika dibacakan
ayat-ayat Allah, bertambahlah iman mereka. Dan hanya pada Allah mereka
bertawakal. Hati berkarat karena dua hal, yaitu lalai dan dosa. Dan
pembersihnya pun dengan dua hal yaitu istighfar
dan dzikrullah.
Allah pun Maha membolak-balikkan hati,
sehingga kita sebagai manusia harus terus berusaha dan berdoa agar hati ini
senantiasa kokoh untuk taat kepada Allah, selalu diteguhkan
untuk tetap mengikuti agama Allah. Nabi
Muhammad pun senantiasa berdo’a untuk hatinya karena yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari
Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam
iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.
Pada hari pembangkitan, baik itu harta
ataupun hal lain tidaklah berguna, karena Allah hanya melihat pada hati yang bersih. Orang yang hatinya
tenang, bersih, dan suci akan puas karena di ridhai Allah. Allah akan
memasukkannya pada jama’ah hamba-hambanya di surga.
D.
DAFTAR PUSTAKA
An-Najjar Zaghlul, Prof, Dr,
2011. Sains dalam Hadis, Jakarta : Amzah.
Syaikh Muqbil bin Hadi
Alwadi’i, 2011. Shahih Asbabun Nuzul, Yogyakarta : Bintang
[1] yang dimaksud dengan
tentara langit dan bumi ialah penolong yang dijadikan Allah untuk orang-orang
mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin taufan dan
sebagainya,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar