بِــــــــسۡمِ
ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Menjadi
pribadi yang JUJUR/benar
Tugas ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Studi Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu : Abdullah Ma’sum, Alh., S. Pdi.
Disusun
Oleh :
Isnie Fadhillah
2015010199
PAI-4C
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2016/2017
Ayat tentang jujur
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ ١١٩
119. Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
(At-Taubah: 119)
Penjelasan Ayat:
Anugerah Allah yang diraih oleh mereka yang
diuraikan kisahnya oleh ayat yang lalu adalah karena ketakwaan, kesungguhan,
dan kebenaran mereka. Mereka itulah yang hendaknya diteladani. Karena itu,
Allah mengajak Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan
melaksanakan seluruh perintah-Nya sekuat kemampuan kamu dan menjauhi seluruh
larangan-Nya dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar dalam sikap,
ucapan dan perbuatan mereka.
Kata[الصّادقين]
ash-shadiqin adalah bentuk jamak dari kata الصّادق]] ash-shadiq. Ia terambil dari kata صدق shidiq/benar. Berita yang benar adalah yang sesuai kandungannya
dengan kenyataan. Dalam pandangan agama, ia adalah yang sesuai dengan apa yang
diyakini. Makna kata ini berkembang sehingga ia mencakup arti sesuainya berita
dengan kenyataan, sesuainya perbuatan dengan keyakinan, serta adanya
kesungguhan dalam upaya dan tekad menyangkut apa yang dikehendaki.
Al-Biqa’i memahami
kata مع ma’a/bersama sebagai isyarat kebersamaan, walau dalam bentuk
minimal. Memang, seperti kata orang: “Jika Anda tidak dapat menjadi seperti
manusia agung, tirulah mereka. Kalau Anda tidak dapat meniru mereka, bergaullah
bersama mereka dan jangan tinggalkan mereka.”
Siapa yang selalu
bersama sesuatu, sedikit demi sedikit ia akan terbiasa dengannya. Karena itu,
Nabi Saw. berpesan: “Hendaklah kamu (berucap dan bertindak) benar. Kebenaran
mengantar kepada kebajikan dan kebajikan mengantar ke surga. Dan seseorang yang
selalu (berucap dan bertindak) benar serta mencarinya yang benar, pada akhirnya
dinilai di sisi Allah sebagai صدّيق
shiddiq.”
Munasabah Ayat tentang
Kejujuran
1.
ٱللَّهُ
لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ لَيَجۡمَعَنَّكُمۡ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ لَا
رَيۡبَ فِيهِۗ وَمَنۡ أَصۡدَقُ مِنَ ٱللَّهِ حَدِيثٗا ٨٧
87.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan
mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan
siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah. (An-Nisa’: 87)
Penjelasan
Ayat :
Allah SWT. menyatakan
akan menghitungkan semua amalan manusia dan tidak ada perbuatan baik atau buruk
yang tersembunyi dari penglihatan-Nya.
Allah swt.
berfirman: Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. merupakan pemberitahuan
tentang keesaan-Nya dan hanya Dialah Tuhan semua makhluk. Ungkapan ini
mengandung qasam(sumpah) bagi, Sesungghunya Dia akan mengumpulkan
kalian di hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Pada huruf Lam
yang terdapat pada lafadz ليجمعنكم
merupakan pendahuluan bagi qasam. Dengan demikian, maka Allah, tidak
ada Tuhan selain Dia. merupakan kalimat berita dan sekaligus sebagai sumpah
yang menyatakan bahwa Dia kelak akan menghimpun semua manusia dari awal hingga
yang terakhir di suatu padang(mansyar), yakni pada hari kiamat nanti.
Lalu Dia memberikan balasan kepada setiap manusia yang beramal sesuai dengan amalnya
masing-masing. Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah?,
yakni tiada seseorang pun yang lebih benar daripada Allah dalam perkataan,
berita, janji, dan ancaman-Nya. Maka tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada
Penguasa selain Dia.
2.
...وَٱلصَّٰدِقِينَ
وَٱلصَّٰدِقَٰتِ... ٣٥
35…. laki-laki dan perempuan yang benar… (Al-Ahzab: 35)
Penjelasan Ayat :
Allah berfirman : laki-laki yang benar dalam
sikap, ucapan dan perbuatannya dan demikian juga perempuan yang benar.
Ayat di atas menyebut laki-laki dan perempuan dalam sifat-sifat
yang sama. Untuk menekankan persamaan antara laki-laki dan perempuan, Allah
menyebut laki-laki dalam rangkaian ayat-ayat di atas, dan mempersamakannya
dengan perempuan dalam segala amal kebajikan yang disebutnya serta dalam
ganjaran yang menanti kedua jenis kelamin itu. Atas dasar itu pula – agaknya –
sehingga ayat ini dimulai dengan kata yang menunjukkan penekanan yaitu inna/sesungguhnya.
Ayat ini juga menyangkut pembicaraan (perkataan), karena
sesungguhnya benar atau jujur merupakan akhlak yang terpuji. Sebab itulah
sebagian para sahabat di masa lalu, baik di masa Jahiliyah maupun di masa
Islam, belum pernah sekalipun melakukan perkataan dusta/berbohong. Berkata
jujur/benar merupakan pertanda iman pelakunya, sebagaimana dusta merupakan
pertanda kemunafikan pelakunya. Barangsiapa berkata jujur/benar, niscaya akan
selamat. Berpegang teguhlah kalian kepada kebenaran, karena sesungguhnya
kebenaran itu menuntun pelaku kepada kebajikan, dan perbuatan kebajikan itu
menuntun pelaku kepada surge. Berhati-hatilah kalian jika berkata dusta, karena
sesungguhnya dusta menuntun kepada neraka. Jika seseorang terus-menerus berkata
jujur dan selalu memihak kepada kebenaran, pada akhirnya ia akan dicatat di
sisi Allah sebagai orang yang benar/jujur (shiddiq). Apabila seseorang
terus-menerus berkata dusta dan selalu memihak kepada kedustaan, pada akhirnya
ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.
3.
طَاعَةٞ
وَقَوۡلٞ مَّعۡرُوفٞۚ فَإِذَا عَزَمَ ٱلۡأَمۡرُ فَلَوۡ صَدَقُواْ ٱللَّهَ لَكَانَ
خَيۡرٗا لَّهُمۡ ٢١
21. Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik
bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya).
Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu
lebih baik bagi mereka. (Muhammad: 21)
Penjelasan Ayat :
Sebenarnya taat kepada
Allah dan Rasul-Nya dan mengucapkan ucapan yang baik yang dianjurkan agama dan
dibenarkan budaya adalah yang terbaik bagi siapapun. Maka, karena itu pula
apabila telah diterapkan tekad dan perintah melaksanakan sesuatu-dalam konteks
ayat ini adalah berperang-maka seandainya mereka bersikap benar dalam keimanan
dan kebenaran iman itu baik bagi mereka. Berikut adalah perintah jihad :
1) Meskipun perintah berjihad merupakan hal
yang berat dan banyak orang menolak untuk melaksanakan, Allah memberi motivasi
kepada orang-orang mukmin untuk senantiasa taat dan berkata yang baik.
2) Orang yang benar imannya (benar-benar
mengikhlaskan niat kepada-Nya) akan
diteguhkan dalam ketaantan kepada Allah (menerima perintah jihad secara
ikhlas).
3) Ketaatan menerima perintah jihad merupakan
hal yang baik bagi orang-orang yang mukmin.
Hadits-hadits
pendukung tentang kejujuran
1.
Dituturkan
dari Ibn Mas’ud r.a. dari Nabi Saw. (bahwasannya) beliau bersabda,
اِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ اِلىَ الْبِرِّ،وَاِنَّ تاْبِرَّيَهْدِيْ
اِلَى الْجَنَّةِ،وَاِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللهِ صِدِّيْقًّا،وَاِنَّالْكَذِبَ
يَهْدِيْ إِلىَ الْفُجُوْرِ،وَاِنَّ الْفُجُوْرَيَهْدِيْ اِلِى اَنَّارِ، وَاِنَّ
الرَّجُلُ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدِاللهِ كَذَّابًا
“Sungguh,
benar jujur itu mengantarkan pada kebajikan mengantarkan ke surge. Seseorang
akan senantiasa bertindak benar/jujur, sehingga dia ditulis di sisi Allah
sebagai orang yang sangat benar/jujur. Dan sungguh dusta itu mengantarkan pada
kejahatan mengantarkan ke neraka. Seseorang akan senantiasa berdusta, sehingga
dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (Hadits ini dituturkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)
Sahabat Abu Hurairah r.a. meriwayatkan
bahwa Rasulullah Saw. bersabda,
آيَهُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ
وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا عَاهَدَغِدَرَ
“Tanda-tanda
orang munafik ada tiga: bila berbicara berbohong, bila berjanji tidak menepati
janji, dan bila bersumpah selalu melanggarnya.”
Bila ingin mengkaji kitab al-Bukhari dan Muslim, akan banyak menemukan
hadits yang menerangkan keutamaan sifat jujur. Jujur mempunyai banyak definisi,
namun ada satu makna yang sering digunakan dan mudah dipahami yaitu, perkataan
yang benar, sesuai dengan realita yang dilihat oleh orang yang mengatakannya
meskipun orang lain tidak mengetahuinya.
Kejujuran dan kebenaran mempunyai derajat tinggi di sisi Allah SWT.
hingga dalam firman-Nya, Allah SWT. mengistilahkan janji yang diberikan kepada
orang-orang yang melakukan kebajikan dengan istilah ‘janji yang benar’.
2.
Dituturkan
dari Abu Muhammad Al-Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib r.a. berkata, “Saya hafal
(sebuah sabda) dari Rasulullah Saw. (Sabda beliau),
دَعْ
مَايُرِيْبُكَ اِلَى مَالَايُرِيْبُكَ، فَاِنَّ
الصِّدْقَ،طُمَأْنِيْنَــةٌوَالُكَذِبَرِيْبَـــةٌ
“Tinggalkanlah
sesuatu yang engkau ragukan dan kerjakanlah sesuatu yang tidak engkau ragukan.
Sengguh, jujur membangkitkan ketenangan dan dusta membangkitkan kebimbangan.” (Hadits ini dituturkan oleh Al-Tirmidzi)
3.
Dituturkan
dari Abu Sufyan Shakhr bin Hard r.a. dalam hadits panjang tentang cerita
Heracleus, bahwasannya 1Heracleus bertanya, “Apa saja yang diperintahkan oleh
Nabi Saw. kepadamu?” Jawab Abu Sufyan, “Nabi Saw. bersabda,
اُعْبُدُوااللهَ
وَحْدَهُ وَلَاتُشْرِكُواْبِهِ شَـيْئًاوَا تْرُكُواْمَايَقُوْلُﺁبَاؤُكُــــم
“ ‘Sembahlah
Allah Zat Yang Maha Esa dan janganlah kalian menyekutukan apa pun dengan-Nya,
tinggalkanlah ajaran-ajaran nenek moyang kalian.’ Dan beliau menyuruh kami
melaksanakan shalat, jujur, pemaaf, dan menyambung silahturahmi.” (Hadits ini dituturkan oleh Al-Bukhari
dan Muslim)
4. Dituturkan dari Abu Tsabit, ada yang
mengatakan Abu Sa’id ada pula yang mengatakan Abu Al-Walid Sahl bin Hunaif
r.a., salah seorang yang ikut dalam Perang Badar bahwasannya Nabi Saw.
bersabda,
مَنْ سَأَلَ اللهَ تَعَالىَ الشَّهَادَةَبِصِدْقٍ بَلَّغَــهُ
اللهُ مَنَازِلَ الشُّهُدَاءِ،وَاَنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِـــهِ
“Barang
siapa yang benar-benar memohon agar mati syahid kepada Allah Swt., niscaya
Allah akan mengabulkan (permohonannya) ke peringkat orang yang mati syahid
walau dia mati di atas tempat tidurnya.” (Hadits ini dituturkan oleh Muslim)
5. Dituturkan dari Abu Khalid Hakim bin Hizam
r.a. (yang memeluk Islam sewaktu Penaklukan Makkah, sedangkan ayahnya termasuk
tokoh Quraisy, baik pada masa Jahiliah maupun setelah memeluk Islam), (yang)
berkata (bahwasannya) Rasulullah Saw. bersabda,
اَلْبَيْعَانِ بِالْخِيَارِمَالَمْ يَتَفَرَّقَا،فَاِنْ صَدَقَاوَبَيَّنَابُوْرِكَ
لَهُمَافِيْ بَيْعِهِمَاوَاِنْ كَذَبَاوَكَتَمَامُحِقَتْ بَرَكَةُبَيْعِهِمَا
“Dua orang
yang berjualan beli haruslah bebeas memilih sebelum mereka berpisah. Apabila
keduanya jujur dan berterus terang dalam jual beli itu, keduanya akan
mendapatkan berkah. Tetapi, apabila keduanya menyembungyikan (sesuatu) dan
berdusta, jual belinya tidak akan mendatangkan berkah.” (Hadits ini dituturkan oleh Al-Bukhari
dan Muslim)
Kesimpulan :
119. Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
(At-Taubah: 119)
Kata[الصّادقين]
ash-shadiqin adalah bentuk jamak dari kata الصّادق]] ash-shadiq. Ia terambil dari kata صدق shidiq/benar. Berita yang benar adalah yang sesuai kandungannya
dengan kenyataan. Jujur dalam arti sempit adalah sesuainya ucapan
lisan dengan kenyataan. Dalam pengertian yang lebih umum adalah sesuainya lahir
dan batin. Maka orang yang jujur bersama Allah dan bersama manusia adalah yang
sesuai lahir dan batinnya. Karena itulah, orang munafik disebutkan sebagai
kebalikan orang yang jujur yaitu pendusta. Dalam ayat-ayat di atas
menyebutkan bahwa memiliki sifat jujur merupakan salah satu fadhilah yang
menentukan status dan kemajuan perseorangan dan masyarakat. Menegakkan atau
menumbuhkan prinsip kejujuran adalah suatu kemaslahatan dalam hubungan antara
manusia dengan manusia dan antara satu golongan dengan golongan yang lain.
Dampak dari memiliki sifat jujur adalah menimbulkan rasa berani, karena tidak
ada orang yang merasa tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan
bahkan orang merasa senang dan percaya terhadap pribadi orang yang jujur. Sifat jujur tidak dapat dimiliki
dan dilaksanakan dengan baik dan sempurna leh orang yang tidak kukuh imannya.
Orang yang beriman dan takwa, biasanya memiliki iman dan takwa yang kukuh untuk
selalu berbuat dan bersikap benar/jujur. Tidak ada yang meragukan bahwa
kejujuran adalah akhlak yang mulia. Maka tidak heran jika Rasulullah Saw.
selalu menganjurkan umatnya untuk menghiasi diri mereka dengan akhlak yang
agung ini. Hadits-hadits Nabi di atas menerangkan sifat jujur, di samping juga
menerangkan satu sifat negatif yang menjadikan kebalikannya, yaitu kebiasan
berbohong/berdusta. Pada masa Nabi
Muhammad Saw. ia terkenal sebagai pribadi yang jujur baik pada masa jahiliyah
maupun Islam. Sebelum wahyu turun dan sebelum Rasulullah berdakwah ajaran
Islam, kaum Quraisy mengenal beliau sebagai orang yang jujur dan dapat di
percaya. Ketika Hajar Aswad terbawa banjir, Muhammad turut serta
mengembalikannya ke tempat semula. Langkah kedatangan beliau yang hendak
bergabung dengan pemuka-pemuka Quraisy, disambut dengan kata-kata penghormatan,
“Orang yang jujur dan dapat dipercaya telah datang.” Dalam Al-Qur’an, Allah seringkali menegaskan bahwa di hari kiamat
nanti Dia akan memberikan pahala kepada orang-orang yang benar dan jujur. Selain
itu Dia juga berjanji akan menyiksa orang-orang yang berbohong. Pada pemaparan di atas Rasulullah Saw.
mengajak kita agar berkata jujur/benar tentang segala sesuatu yang terjadi.
Jadi, mari kita menumbuhkan rasa jujur/benar dan menjadi pribadi yang jujur
terhadap siapapun.
Daftar Pustaka
Al-Hasyimi, Abdul
Mu’min. 2009. Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim. Jakarta: Gema
Insani, Cet. 1.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir
Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian AL-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar