TAFSIR
TARBAWI
(SILATURAHMI
TAFSIR Q.S AN-NISA AYAT 36)
Dosen
pengampu: Abdulloh Maksum, Alh., S.Pd.I
Disusun oleh :
Silmiya Nahdliyana Marfu’ah
(2015010203)
PAI 4C
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS
SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH
DI
WONOSOBO
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
nikmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
menyusun tugas ini, baik teman-teman maupun dosen.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang menjaga
silaturahmi di dalam tafsir Q.S An-Nisa ayat 36. Semoga tugas ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun tugas ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Terima kasih.
Wonosobo, Maret 2017
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tafsir Al-Qur’an An Nisa ayat 36
وَاعْبُدُو
ا اللهَ وَلاَتُشْرِ كُوْا بِهِ شَيْأً ۗ وَّ بِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا
وَّبِذِى الْقُرْبَى والْيَتَمَى وَالْمَسَكِيْنِ وَالْجَارِذِى الْقُرْبَى
وَالْجَارِالْجُنُبِ وَالصَّا حِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيْلِ ۙ وَمَا
مَلَكَتْ اَيْمَا نُكُمْ ۗ اِنَّ اللهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا
فَخُوْراَ ۙ ﴿26﴾
Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.” QS. An Nisa ayat 36
Surat An-Nisa merupakan surat
Madaniyah karena surat tersebut diturunkan di Madinah. Surat An-Nisa terdiri
dari 176 ayat. Dinamakan An-Nisa karena didalamnya menjelaskan hal-hal yang
berhubungan dengan wanita. Di dalam
Surah An-Nisa ayat 36 ini mengajak agar senantiasa menjalin hubungan kasih
sayang antar seluruh manusia. An-Nisa ayat 36 ini menjelaskan tentang
pentingnya menjaga dan menyambung silaturahmi. Silaturahmi berasal dari bahasa
arab yaitu صلة
dan الرحم. Kata صلةartinya perhubungan, hubungan,
pemberian, dan karunia sedangkan الرحم artinya rahim, peranak, dan kerabat. Silaturahmi secara
harfiah adalah menyambung kasih sayang antara sesama kerabat baik dekat maupun
jauh.
وَاعْبُدُو ا اللهَ وَلاَتُشْرِ كُوْا بِهِ شَيْأً ”Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” Maksud dari
ayat ini adalah taat pada perintah dan larangannya dengan kecintaan,
ketundukan, dan ikhlas kepada-Nya untuk selalu melakukan ibadah, secara lahiriah maupun
batiniah, serta melarang untuk menyekutukan sesuatu dengan-Nya baik syirik besar
maupun syirik kecil. Bahkan yang menjadi kewajiban adalah agar kita senantiasa
beribadah secara ikhlas dengan mengharap ridho-Nya. Syirik besar adalah yang
biasa terjadi pada uluhiyah yaitu dengan mengarah ibadah kepada selain Allah
misalnya meminta sesuatu selain Allah (seperti sesaji, meminta doa kepada orang
mati,dsb). Sedangkan syirik kecil (asghar) adalah perbuatan, ucapan atau niat
yang dihukumi agama islam sebagai syirik kecil. Contoh dari syirik kecil
bersumpah dengan selain nama Allah, meyakini bahwa bintang sebagai sebab
turunnya hujan, riya (beribadah agar dipuji dan disanjung manusia), beribadah
dengan tujuan mendapat keuntungan dunia.
”dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa”. وَّ بِالْوَالِدَيْنِ
اِحْسَانًا
Artinya berbuat baiklah kalian kepada
mereka dengan ucapan yang mulia, tutur kata yang lembut, dan perbuatan yang
baik, dengan menaati perintah mereka berdua dan menjahui larangan mereka,
memuliakan orang yang memiliki hubungan dengan mereka berdua, dan menyambung
tali silaturahmi, yang mana tidak akan ada kerabat bagimu kecuali dengan
perantara mereka berdua.
Dan kepada karib-kerabat” وَّبِذِى
الْقُرْبَى
Yakni, berbuat baiklah kepada mereka. Kerabat disini
maksudnya meliputi
semuanya yang dekat maupun jauh. Dengan menjaga
perkataan dan perbuatan yang baik, serta tidak memutuskan tali silaturahmi
dengan mereka.
dan anak-anak yatim, والْيَتَمَى
Maksudnya anak yatim juga mempunyai hak atas kaum
muslimin baik anak yatim tersebut merupakan kerabat atau bukan. Bentuk
perbuatan baik kepada mereka yaitu dengan menanggung biaya hidup mereka,
mendidik mereka dengan pendidikan terbaik dalam urusan agama maupun dunia.
وَالْمَسَكِيْنِ dan orang-orang miskin,
yaitu orang yang tertahan dengan kebutuhan mereka sendiri
sehingga tidak mendapat kecukupan untuk diri mereka dan orang bertanggung
jawab.
وَالْجَارِذِى
الْقُرْبَى وَالْجَارِالْجُنُبِ tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh
yaitu dekat
dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan
ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim. Demikian pendapat yang
diriwayatkan dari Ikrimah, Mujahid, Maimun bin Mahram, adh-Dhahhak, Zaid bin
Aslam, Muqatil bin Hayyan, dan Qatadah. Abu Ishaq mengatakan, dari Nuaf Al-Bakkali
tentang firman Allah: “tetangga yang dekat,” yaitu tetangga muslim sedangkan
“tetangga jauh” yaitu orang Yahudi dan Nasrani. (HR. Ibnu Jarir dan Ibnu Abi
Hatim)
وَالصَّا حِبِ بِالْجَنْبِdan teman sejawat,
ada yang
mengartikan dengan teman dalam perjalanan, adapula yang mengartikan istri, dan
adapula yang mengartikan teman mutlak. Selaku teman hendaknya diperlakukan
secara baik dengan cara membantunya apabila sedang kesusahan.
وَابْنِ السَّبِيْلِ dan ibnu sabil
ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat
yang kehabisan bekal. termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
وَمَا
مَلَكَتْ اَيْمَا نُكُمْ dan hamba sahayamu
berbuat baik dengan mereka adalah dengan
memberikan mereka kecukupan kepada mereka dan tidak membebani mereka denga
beban yang berat.
Artinya : Orang-orang yang merusak janji Allah
setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan
supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang Itulah yang
memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).
Telah dijelaskan secara jelas
bahwasannya orang yang memutus silaturahmi tidak akan masuk surga. Memutus
silaturahmi paling besar adalah memutus hubungan dengan orang tua, kemudian
dengan kerabat dekat, dan kerabat dekat selanjutnya.
B.
Ayat Al-Qur’an yang mirip dengan An-Nisa ayat 36
1. Surat An-Naml ayat 90
وَمَنْ جَاءَ بِا لسَّيِﯭَِ فَكُبَّتْوُجُوْ
هُهُمْ فِى النَّارِ ۗ هَلْ تُجْزَوْنَ
اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ﴿90﴾
Artinya: Dan barang siapa yang membawa kejahatan,
Maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. tiadalah kamu dibalasi,
melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan.
2. Surat Al-Isro ayat 26ﺁ
وَتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِيْنَ
وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلاَتُبَذِّرْتَبْذِيْرًا ﴿26﴾
Artinya: Dan
berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
3. Surat Ar-Rum ayat 38
فَاَ تِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ
وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ ۗ ذَلِكَ جَيْرٌلِّلَّذِيْنَ يُرِيْدُوْنَ
وَخْهَ اللهِ ۖ وَاُوللاَءِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُوْنَ ﴿38﴾
Artinya: Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya,
demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah
yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka
Itulah orang-orang beruntung.
Yang berhak menerima zakat ialah:
1. orang fakir: orang yang amat sengsara
hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. orang miskin: orang yang tidak cukup
penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas
untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk
Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk
melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
6. orang berhutang: orang yang berhutang
Karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.
adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar
hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
7. pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk
keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang
berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum
seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. orang yang sedang dalam perjalanan yang
bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
C. Hadis- Hadis yang menjelaskan tentang
silaturahmi
1. Orang
bersilaturahmi akan di perluas rizkinya dan dipanjangkan umurnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي
الله عن قَاَلَ : قَالَ رَسُوْ الله صلى الله عليه وسلم مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ
عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فَي أَشَرِهِ, فَلْيصِلْ رَحِمَهُ
أَخْرَجَهُ. (البخاري)
Artinya : Dari Abu Hurairoh r.a : Rasulullah SAW
bersabda “ barang siapa ingin di luaskan rezekinya, dan dipanjangkan umurnya, hendaklah
ia menyambungkan silaturahmi.” (H.R. Bukhori)
2. Pemutus silaturahmi tidak akan masuk surga
Disebutkan dalam Shahih Bukhori dan Shahih Muslim,
dari Abu Ayyub al-Anshari :
أَنَّ رَجُلاً قَالَ : يَا رَسُلَ اللهِ أَخْبِرْنِي
بِمَا يُدْ خِلُني الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَارِ فَقَالَ النَّبِيُّ : لَقَدْ
وُفَّقَ أَوْ قَالَ لَقَدْ هُدِيَ كَيْفَ قُلْتَ ؟ فَأَعَادَاالرَّجُلُ فَقَالَ
النَّبِيُّ : تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْأً وَتُقِيْمُ الصَّلاّةَ
وَتُوْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ النَّبِيُّ :
إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ.
Artinya :
“Bahwasannya ada seseorang berkata kepada Nabi SAW :
“Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan
aku ke dalam surga dan menjauhkan dari neraka, “maka Nabi bersabda : “Sungguh
dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa yang engkau
tadi katakan?” Lalu orang itupun
mengulangi perkatannya. Setelah itu Nabi SAW bersabda : “Engkau beribadah
kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, menegakkan
sholat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturrahmi”. Setelah orang itu
pergi, Nabi SAW bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi,
pastilah dia masuk surga”.
3. Pemutus silaturahmi akan dipercepat siksaan
terhadap dosanya
مَا مِنْ ذَنْبِ أَحْرَى أَنْ يُعَخَّلَ اللهُ لَصَا
حِبِهِ الْعُقُوْبَهَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يُدَّ خَرُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ
مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّ حِمِ. (رواه الترمذى)
Artinya : “Tidak
ada dosa yang Allah SWT lebih percepat siksaan kepada pelakunya didunia, serta
yang tersimpan untuknya diakhirat selain perbuatan zina dan memutus tali
silaturahmi. (HR. Tirmidzi)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي الله عَنْهُ
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ
إِنَّ الرَّ حِمَ شَخْتَهُ مَنْ الرَّحْمَنِ فَقَلَ اللهُ مَنْ وَصَلَكِ
وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعْتُهُ. (رواه البخاري)
Artinya: Dari
Abu Hurairah RA dari Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya rahim itu, berasal
dari Arrahman lalu Allah berfirman: “Siapa menyambungmu Aku menyambungnya dan
barang siapa memutusmu aku memutusnya.” (HR. Bukhori)
4.
Amal pemutus silaturahmi tidak diterima oleh Allah
إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيْسِ
لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَلَا يُقْبَلُ عَمَلُ. (رواه احمد)
Artinya: “Sesungguhnya
amal ibadah manusia diperlihatkan setiap hari Kamis malam Jum’at, maka tidak
diterima amal ibadah orang yang memutuskan hubungan silaturami.” (HR. Ahmad)
5. Rahmat tidak akan turun bagi pemutus
silaturahmi
لاَ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ عَلى قَوْمٍ فِيْهِمْ قَا طِعُ
رَحِمٍ. (رواه المسلم)
Artinya: “Rahmat tidak akan turun kepada kaum yang
padanya terdapat orang yang memutus tali silaturahmi.” (HR. Muslim)
D. Kesimpulan
Islam
merupakan agama yang sangat memperhatikan hubungan antar manusia. Hal itu
digambarkan dengan adanya syariat tentang hubungan manusia baik yang menyangkut
hubungan keluarga maupun masyarakat. Untuk mempererat hubungan antar keluarga,
islam mensyariatkan silaturahmi. Dalam pandangan Al-Qur’an dan hadis
silaturahmi memiliki kedudukan yang sangat penting. Al-Qur’an menggambarkan bahwa
silaturahmi merupakan salah satu bentuk pelaksanaan ibadah seorang hamba kepada
Tuhan-Nya. Dan hadis melukiskan bahwa orang yang senantiasa silaturahmi akan
dipanjangkan umurnya serta diperluas rezekinya.
Selain itu banyak keterangan yang menjelaskan
bahwa orang yang memutuskan hubungan silaturahmi tidak akan masuk surga,
amalnya tidak akan diterima, serta masih banyak lagi. Oleh karena itu, sebagai muslim
kita harus senantiasa memelihara silaturahmi demi keselamatan dunia dan
akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Suhaemi, Masrap dkk. 1988. Terjemah Riadhus Shalihin. Surabaya:
Mahkota.
As-Sama’ani. 1997. Tafsir Al-Qur’an.Beirut: Dar al-Wathon.
Muhammad Fuad Abdul Baqi. 2006. Himpunan Hadis Shahih Yang Di
Sepakati Bukhori Dan Muslim.Surabaya: PT Bina Ilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar