“SOMBONG”
Pembimbing : Bapak Abdulloh Maksum, Alh., S. Pd.I
Disusun oleh :
ANA HOFIYANIDA (2015010238)
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
(FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
TAHUN 2017
Sombong atau dalam
istilah Arabnya Al-Bathar, dalam kamus lisan Al-Arab disebutkan bahwa arti kata
bathar sinonim dengan takabur yang berarti sombong. Rasulullah SAW dalam hadis
menjelaskan definisi sombong :
اْلكِبْرُ بَطَرُ اْلحَقِّ وَغمْط النَّاسِ
“Sombong
ialah tidak menerima kebenaran dan menghina sesama manusia.”
Menurut Raghib Al
Asfahani Ia mengatakan, “Sombong adalah keadaan seseorang yang merasa bangga
dengan dirinya sendiri . Memandang dirinya lebih besar dari pada orang lain,
Kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Rabbnya dengan
menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa
ketaatanataupun mengesakan-Nya”.
Dalam buku ihya’
ulumuddin Al-Ghazali nendefinisikan sombong adalah suatu sifat yang ada didalam
jiwa yang tumbuh dari penglihatan nafsu dan tampak dalam perbuatan lahir.
Secara universal maka,
perbuatan sombong dapat dipahami dengan membanggakan diri sendiri,
mengganggap dirinya lebih dari orang lain. perbuatan sombong dibagi beberapa
tingkatan yaitu:
1. Kesombongan terhadap
Allah SWT, yaitu dengan cara tidak tunduk terhadap perintahnya, enggan
menjalankan perintahnya
2. Sombong terhadap Rasul,
yaitu perbuatan enggan mengikuti apa yang diajarkannya dan menganggap
Rasulullah sama sebagaimana dirinya hanya manusia biasa.
3. Sombong terhadap sesama
manusia dan hamba ciptaanya, yaitu menganggap dirinya lebih dari orang lain dan
makhluk ciptaan Allah yang lain dengan kata lain menghina orang lain atau
ciptaan Allah lainya.
Ayat-ayat al-Qur’an
Tentang Sombong
1. Q.S Al-Isra’: 37
وَلاَتَمْشِ
فِي الْاَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ اْلاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ
الْجِبَالَ طُوْلاً
“Dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi
gunung.”
Muradat
$·mttB : kesombongan dan
kecongkakan. dalam tafsir Al-Qurtubi pengertiannya adalah kegembiraan yang
sangat, sombong dalam berjalan.
لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ :kamu takkan dapat menjadikan jalan di bumi
dengan pijakanmu dan jejakmu yang hebat.
Dalam ayat ini Allah
SWT melarang hambanya berjalan dengan sikap congkak dan sombong di muka bumi.
Sebab kedua sikap ini adalah termasuk memuji diri sendiri yang tidak disukai
oleh Allah dan orang lain.
Almaraghi dalam tafsirnya
menjelaskan ayat ini bahwa, seorang manusia hendaknya jangan berjalan dengan
sikap sombong, bergoyang-goyang seperti jalannya raja yang angkuh. Sebab
dibawahnya terdapat bumi yang tidak akan mampu manusia menembusnya dengan
hentakkan dan injakkan kakinya yang keras terhadapnya. sedang diatasnya
terdapat gunung yang takkan mampu manusia menggapai, menyamai dengan ketinggian
atau kesombongannya.
Dalam tafsir Al-Qurtubi
maksud menyamai gunung adalah manusia dengan kemampuanya ia tidak akan bisa
mencapai ukuran seperti itu. Sebab manusia adalah hamba yang sangat hina yang
dibatasi dari bawah dan atasnya. Sedang sesuatu yang dibatasi itu terkungkung
dan lemah. Dan yang dimaksud dengan bumi, adalah engkau menembusnya dan bukan
menempuh jaraknya. Jadi manusia dilingkupi oleh dua benda mati yang kamu lemah
dari keduanya. Maka bagi orang yang lemah dan terbatas, tak patut baginya
bersikap sombong.
Menurut tafsir
jalalyn, (Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong) artinya
berjalan dengan sombong dan takabur (karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak
dapat menembus bumi) melubanginya hingga sampai batas akhir bumi dengan
ketakaburanmu itu (dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung)
maknanya bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat mencapai hal tersebut,
mengapa kamu bersikap sombong.
Menurut Quraish
Shihab, janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong dan merasa paling
besar. Karena sungguh meskipun kamu melakukan kesombongan itu, sekeras-kerasnya
hentakan kakimu tetap tidak akan bisa menembus bumi. Demikian pula, kendatipun
kamu tinggikan dirimu tanda kesombongan, ketinggianmu itu tetap tidak akan
sampai menyejajari tingginya puncak gunung.
Oleh karena itu besikap
tawadhu’lah,jangan takabur/sombong, karena kamu hanya makhluk yang lemah,
terkurung antara batu dan tanah, oleh karena itu, janganlah kamu bersikap
seperti makhluk yang kuat dan serba bisa. Ayat ini merupakan teguran keras,
ejekan dan cegahan bagi orang yang bersikap sombong.
2. As-Sajdah :15
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِئَا يَـتِنَا الَّذِيْنَ إِذَا
ذُكِرُوْا بِهَا خَرُّوْا سُجَّدًا وَسَبَّحُوْابِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ
لاَيَسْتَكْبِرُوْنَ ۩
15. Sesungguhnya orang yang benar benar percaya
kepada ayat ayat kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat
itu mereka segera bersujud[1192] seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi
pula mereka tidaklah sombong.
[1192] maksudnya mereka
sujud kepada Allah serta khusyuk. Disunahkan mengerjakan sujud tilawah apabila
membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah yang seperti ini.
Mufradat
ذُكِّرُوا :
dinasehati dengan ayat-ayat Allah
خَرُّوا:
mereka terjatuh (menyungkur)
وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ
رَبِّهِمْ
: mereka mensucikan dari siafat yang tidak layak bagi kebesaran dan
keagungannya
Menurut Quraish shihab
dalam Ayat ini Allah SWT menjelaskan ciri-ciri orang mukmin yaitu apabila
mereka diperingatkan dengan Ayat-ayat Allah mereka segera menyungkur dan
bersujud dan bertasbih memuji rabbnya, dan mereka tidak menyombongkan
diri. Dan ayat ini juga menggambarkan dua sifat orang mukmin yang menonjol
pertama, pengetahuan dan pertambahan iman mereka setiap mendengar ayat-ayat
Allah, dan kedua kerendahan hati mereka yang dicerminkan dengan tasbih dan
tahmid serta dilukiskan dengan kalimat “sedang mereka tidak menyombongkan diri.
Dalam tafsir Al-Qurtubi
yang dimaksud tidak menyombongkan diri disini, menurut Yahya Bin Sallam adalah,
tidak menyombongkan diri terhadap Allah dengan tidak melaksanakan ibadah atau
perintahnya. Dan menurut An-Naqqasy tidak menyombongkan diri seperti penduduk
makkah yang enggan bersujud pada Allah.
Menurut Tafsir
jalalyn (Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami) yakni
Alquran (adalah orang-orang yang apabila diperingatkan) dinasihati (dengan
ayat-ayat Kami mereka menyungkur sujud dan bertasbih) seraya (memuji Rabbnya)
dengan mengucapkan kalimat, "Subhaanallaah wa bihamdihi" (sedangkan
mereka tidak menyombongkan diri) lantaran beriman dan berlaku taat itu.
3. Az-Zumar :60
وَيَوْمَ اْلقِيَمَةِ تَرَى الَّذِيْنَ كَذَبُوْا
عَلَى اللهِ وُجُوْهُهُمْ مُّسْوَدَّةٌ ۚ أَلَيْسَ فِى جَهَنَّمَ
مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِيْنَ
60. Dan pada hari kiamat kamu akan melihat
orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. bukankah
dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?
وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ : wajah-wajah mereka menghitam karena nampak padanya
pengaruh-pengaruh kehinaan dan penyesalan
مَثْوًى:
tempat tinggal
Dalam ayat ini Al maraghi menjelaskan bahwa Allah SWT memperlihatkan pada
Rasul SAW di hari kiamat, wajah dari orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah,
yaitu mereka yang mengaggap bahwa Allah mempunyai anak, dan bahwa Allah
mempunyai sekutu, mereka berbuat sombong lalu menyembah sesembahan-sesembahan
lain selain Allah, wajahnya berwarna hitam, karena diliputi kesedihan dan
kepiluan yang menguasainya dan kemuaraman yang dialaminya. Mereka
dikembalikan ke penjara, dimana mereka akan mendapatkan kehinaan dan kerendahan
disebabkan karena keengganan mereka untuk mematuhi kebenaran.
Menurut Tafsir
Jalalyn (Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta
terhadap Allah) yaitu mereka yang menisbatkan sekutu dan anak kepada-Nya
(mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat) yakni
tempat tinggal (bagi orang-orang yang menyombongkan diri?) artinya, tidak mau
beriman; memang benar.
Menurut Quraish
Shihab “pada hari kiamat, kalian akan melihat orang-orang yang mendustakan
Allah--dengan menyandangkan sesuatu yang tak layak bagi-Nya--wajahnya hitam
pekat karena amat sedih dan gundah. Sesungguhnya di dalam neraka jahanam
terdapat tempat bagi orang-orang yang sombong dan angkuh untuk mengikuti
kebenaran.”
Rasulullah bersabda,
لَا يَدْخُلُ اْلجَنَّةُ مَنْ كاَ نَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَا لُ ذَرَّةٍ مِنْ
كِبْرٍ
"Tidak akan masuk
surga siapa saja yang di dalam hatinya terdapat sedikit kesombongan." (HR.
Muslim)
وَعَنْ حاَ رضي الله عنه قا ل : سَمِعْتُ رسول الله صلي الله عليه وسلم قال
: اَلَااُخْبِرُكُمْ بِاَهْلِ
النَّارِ؟ كُلُّ عُتُلٍّ وَ جَوَّا ظٍ مُسْتَكْبِرٍ
“dari haritsh bin Wahab,
ia berkata, ‘aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘maukah kalian jika aku
sampaikan tentang ahli neraka?’ mereka adalah setiap yang kejam, kasar, dan
sombong”. (Muttafaqun alaihi)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallohu ‘anhu dari Nabi , beliau bersabda,
لاَ يَدْ خُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَا نِ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ
كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌّ اِنَّ الرَّ جُلَ يُحِبُّ اَنْ يَكُوْنَ ثَوْ
بُهُحَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنًا
وَنَعْلُهُ حَسَنًا قَالَ رَجُلٌ اِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ اَنْ يَكُوْنَ وْبُهُ
حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنًا
وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قاَلَ اِنَّ
اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّا سِ
“Tidak akan masuk surga
seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada
seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan
sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Alloh itu indah dan menyukai
keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR.
Muslim)
مَنْ تَعَا ظَمَ فِي نَفُسِهِ وَا خْتَا لَ فِي مِشْيَتِهِ لَقِيَ اللهَ
وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَا نُ (أحمد)
Barang siapa
membanggakan dirinya sendiri dan berjalan dengan angkuh maka dia akan menghadap
Allah dan Allah murka kepada nya (HR. Ahmad)
مَنْ جَرَّثَوْبَهُ خُيَلاَ عَلَمْ يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِ يَوْمَ اْلقِيَا
مَةِ (البخاري ومسلم)
Barang siapa
memanjangkan pakainnya (sehingga menyeret ditanah) karena kesombongannya maka
Allah tidak akan memandangnya kelak pada hari kiamat. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar