Senin, 12 Juni 2017

ISTIQOMAH BY NUR FAIZAH




TAFSIR TARBAWI
“ISTIQOMAH “
 


Dosen Pengampu:
Bapak Abdullah Maksum,Alh.,S.Pd.I

Di Susun Oleh :
Nur Faizah
2015010236
PAI 4C


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
TAHUN 2017


Ayat Al-Qur’an Tentang Istiqomah
1.     Q.S. Fushshilat ayat 30
اِنَّالَّذِيْنِقَلُوْارَبُّنَاااللهُثُمَّاسْتَقَامُوْاتَـتَنَزَّلُعَلَيْهِمُالْمِلَئِـكَةُاَلَّاتَخَافُوْاوَلَاتَحْزَنُوْاوَاَبْشِرُوْابِالْجَنَّةِالَّتِيْكُنْتُمْتُوْعَدُوْنَ(30)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan . “Tuhan kami adalah Allah“, kemudian mereka istiqomah kepada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka(dengan mengatakan): “janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa bersedih, dan bergembiralah kamu dengan memperoleh syurga yang telah dijanjikan kepadamu”. (Q.S. Fushilat : 30).

A.    Ayat yang Munasabah dengan Istiqomah
1.      Q.S Al-Ahqaaf ayat 13-14
¨bÎ)tûïÏ%©!$#(#qä9$s%$oYš/zª!$#§NèO(#qßJ»s)tFó$#Ÿxsùì$öqyzóOÎgøŠn=tæŸwuröNèdšcqçRtøts(13)y7Í´¯»s9'ré&Ü=»ptõ¾r&Ïp¨Ypgø:$#tûïÏ$Î#»yz$pkŽÏùLä!#ty_$yJÎ/(#qçR%x.tbqè=yJ÷ètƒ(14)
Artinya : “ Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah”, kemudian mereka tetap istiqomah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak pula bersedih hati. Mereka itulah para penghuni syurga, kekal di dalamnya, sebagai balasan apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. Al-Ahqaaf : 13-14).
2.     Q.S. Fushilat : 6
ö@è%!$yJ¯RÎ)O$tRr&׎|³o0ö/ä3è=÷WÏiB#Óyrqュn<Î)!$yJ¯Rr&ö/ä3ßg»s9Î)×m»s9Î)ÓÏnºur(#þqßJÉ)tGó$$sùÏmøs9Î)çnrãÏÿøótGó$#ur3×@÷ƒururtûüÏ.ÎŽô³ßJù=Ïj9(6)
Artinya : “ Katakanlah: “Bahwasannya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah istiqomahpada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohon ampunlah kepada-Nya (Q.S. Fushilat : 6).
3.     Q.S. Huud ayat 112
فَسْتَقِمْ كَمـَااُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِماَتَعْمَلُوْنَ بَصِيـْرٌ(112)
Artinya : “Maka beristiqomahlah kamu pada jalan yang benar,sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu,dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Huud : 112)  
4.     Q.S. Asyuura ayat 15
فَلِذٰلِكَ فَدْعُ ۖ وَسْتَقِمْ كَمَااُمِرْتَ ۖوَلَاتَتَّبِعْ اَهْوَآءَهُمْ ۖوَقُلْ ءَامَنْتُ بِمَاأَنْزَلَ للهُ مِنْ كِـتٰبٍ ۖ وَاُمِرْتُ لِأَعْدَلَ بَيْنَكُمْ ۖ اللهُ رَبَّنَاوَرَبُّكُمْ ۖ لَنَآأَعْمٰلُنَاوَلَكُمْ اَعْمٰلُكُمْ ۖ لَاحُجَّةَبَيْنَنَاوَبَيْنَكُمْ ۖ الله يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَاِلَيْهِ اْلمَصِيْرُ(15)
Artinya : “Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan istiqomahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah : “Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah lah tuhan kami dan tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kamidan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kita kembali”(Q.S. Syuura : 15).

B.     HadistYang Munasabah Dengan Istiqomah
1.      H.R Muslim
عَنْ عَمْرٍو وَقِيْلَ أَبِيْ عَمْرَةَ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِاللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, قَلَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ, قُلْ لِيْ فِيْ الْإِسْلاَمِ قَوْلًا, لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرُكَ.قَالَ:قُلْ اَمَنْتُ بِا للهِ, ثُمَّ اسْتَقِمْ. (رواه مسلم).
Dari Abu ‘Amr, dan ada yang mengatakan dari Abu ‘Amrah Sufyân bin ‘Abdillâh ats-Tsaqafi Radhiyallahu anhu, yang berkata : “Aku berkata, ‘Ya Rasulullah! Katakanlah kepadaku dalam Islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kepada orang selain engkau.’ Beliau menjawab, ‘Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla,’ kemudian istiqâmahlah. (H.R Muslim)
2.      Sabda Nabi Muhammad SAW
عَنْ أَبِيْ هُرَ يْرَةَ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَارِ بُوْا وَ سَدِّدُوْا , وَاعْلَمُوْا أنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ. قَالُوْا. وَلَا اَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا اَنَا, إِلّا أنْ يَتَغَمَّدَ نِيَ اللهُ بِرَ حْمَةٍ مِنْهُ وَ فَضْلٍ.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullahu Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “bersikaplah yang lurus dan tetaplah dalam kebenaran. Dan ketahuilah, bahwasannya tidak ada seorang pun dari kalian yang selamat karena amal perbuatanya”, para sahabat bertanya, “Termasuk engkau , wahai rasulullah?” beliau rasulullah ‘alaihi wa sallam bersabda. “Termasuk aku, hanya saja Allah meliputi diriku dengan rahmat dan karunia-Nya.”
3.      Sabda Nabi Muhammad SAW
عَنْ عَبْدَ اللَّهِ بِنْ عَمْرُبِنْ اَلْ عَصْ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ:قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ                                                                                                 
Dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash radhiyallahu 'anhuma, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata padanya : "Wahai 'Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat  malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi."
4.      H.R. Bukhari dan Muslim
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : لِى رَسُوْلُ اللهِ صلم يَا عَبْدَ اللهِ لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ كَانَ يَقُوْمُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ. (متفق عليه)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “wahai Abdullah janganlah kamu seperti fulan, dia melakukan Shalat tahajjud, lalu meninggalkanya.”(H.R. Bukhari dan Muslim)
5.      Sabda Nabi Muhammad SAW
اَنَّ النَّبِيَّصَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَاوَعِنْدَهُ امْرَاَةٌقَلَ مَنْ هـذَا؟ قَالَتْ هذِه فُلَا  نَةٌتَذْكُرُمِنْ صَلَاتِهَاقَالَ مَهْ عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيْقُوْنَ فَوَاللهِ لَايَمَلُّ اللهَ حَتّى تَمَلُّوْاوَكَانَ اَحَبُّ الدِّيْنِ اِلَيْهِ مَادَاوَمَ صَا حِبُهُ عَلَيْهِ.
Suatu ketika Nabi SAW, masuk ke rumah ‘Aisyah, sedangkan di sana kebetulan ada seorang perempuan. Rasulullah bertanya “ siapakah ini?” ‘Aisyah menjawab:” ini adalah fulanah”, lalu ‘Aisyah menceritakan tentang perempuan itu (yakni memamerkan shalat perempuan itu). Rasulullah bersabda:” Hentikanlah ! Kerjakanlah ibadah sekuat kalian, demi Allah ! Allah tidak akan bosan (tiada henti memberikan pahala kepada kalian). Sampai kalian bosan. Dan adalah ibadah yang paling disukai oleh Allah, apa yang dikerjakan terus menerus (bukanya pada suatu kali beribadah banyak sekali, lalu pada lain kali hanya sedikit, atau bahkan tidak beribadah sama sekali). (H.R. Bukhori dan Muslim)


Kesimpulan
Secara etimologi Istiqomah berasal dari kata istaqama yastiqimu  yang berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa indonesia istilah istiqomah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konseskuen.
Dalam terminologi akhlak,istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun mengahadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Seorang istiqomah laksana batu karang ditengah lautan yang tak pernah bergeser sedikitpun,walaupun dipukul dengan gelombang yang bergulung-gulung.
Sikap jiwa yang teguh pendirian sangat penting dalam segala aspek kehidupan dalam berkeyakinan, beragama, belajar, berkarir, berumah tangga, atau berbisnis. Tegasnya, istiqomah perlu diterapkan dalam segala bentuk perjuangan manusia, perjuanganya ingin hasil. Kegagalan sebuah perjuangan boleh jadi disebabkan oleh faktor istiqomah yang hilang dari jiwa.Seorang pejuang gagal mencapai cita-citanya karena justru istiqomahnya memudar atau padam. Padamnya sikap konsisten disebabkan oleh banyak faktor yang menggangu cita-cita awal. Oleh karena itu, jika seseorang ingin berhasil dalam perjuanganya,ia wajib mempertahankan konsistensinya.
Abu Bakar Radhiyallahu anhu menafsirkan firman Allah Azza wa Jalla, ( ثُمَّاسْتَقَامُوْا ) “Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,” (Fushshilat : 30) dengan mengatakan, ”Mereka adalah orang-orang yang tidak menyekutukan Allah Azza wa Jalladengan sesuatu pun. Qadhi ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Maksudnya, mereka mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan beriman kepada-Nya kemudian berlaku lurus, tidak menyimpang dari tauhid, dan selalu iltizâm (konsekuen dan konsisten) dalam melakukan ketaatan kepada-Nya sampai mereka meninggal.”
Imam al-Qusyairi rahimahullah berkata, “Istiqomah adalah sebuah derajat, dengannya berbagai urusan menjadi sempurna dan berbagai kebaikan dan keteraturan bisa diraih. Barangsiapa yang tidak istiqâmah dalam kepribadiannya maka dia akan sia-sia dan gagal. Dikatakan, ”Istiqomah tidak akan bisa dilakukan kecuali oleh orang-orang yang besar, karena ia keluar dari hal-hal yang dianggap lumrah, meninggalkan adat kebiasaan, dan berdiri di hadapan Allah Azza wa Jalla dengan jujur.” Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Para ulama menafsirkan istiqâmah dengan ” لُزُوْمُطَاعَةِاللهِ ” artinya tetap konsekuen dan konsisten dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.”
Istiqamah adalah tingkatan tertinggi dalam kesempurnaan pengetahuan dan perbuatan, kebersihan hati yang tercermin dalam ucapan dan perbuatan, dan kebersihan aqidah dari segala bid’ah dan kesesatan. Karenanya manusia tidak akan bisa mencapai sifat istiqamah secara sempurna. Pasti terdapat kekurangan. Ini diisyaratkan dalam firman Allah: “Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (Fushishilat: 6) Perintah untuk memohon ampun dalam ayat ini, karena adanya kekurangan. Nabi saw. bersabda: “Istiqamahlah kalian semua, dan kalian tidak akan mampu.” (HR Imam Ahmad dan Muslim)
Beliau juga bersabda: “Berusahalah untuk senantiasa benar dan mendekatinya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pada dasarnya, istiqamah adalah istiqamah hati terhadap tauhid. Maka apabila hati telah istiqamah pada ma’rifatullah, rasa takut kepada-Nya, mengagungkan dan mencintai-Nya, berdoa kepada-Nya, dan tawakkal sepenuhnya kepada-Nya, niscaya seluruh anggota badan akan taat kepada Allah swt. Karena hati adalah raja dan anggota badan adalah prajuritnya. Jika rajanya berlaku benar, maka prajuritnya akan berlaku benar.Rasulullah saw. bersabda: “Ketahuilah bahwa di dalam badan terdapat segumpal darah. Jika ia baik maka semua anggota badan akan baik. Jik ia rusak, maka semua anggota badan akan rusak. Segumpal darah itu adalah hati.”
Setelah hati, yang perlu diperhatikan dalam istiqamah adalah lisan [ucapan]. Karena ucapan merupakan penerjemah bagi hati. Hal ini ditegaskan oleh hadits Nabi saw. bahwasannya seorang shahabat bertanya kepada Rasulullahs saw: “Ya Rasulallah, apa yang perlu saya takuti?” Mendengar pertanyaan ini Rasulullah saw. lalu memegang mulutnya. (HR Tirmidzi, seraya berkata: “Hadits ini hasan shahih.”) Dalam riwayat lain beliau bersabda: “Tidaklah benar iman seseorang hingga hatinya menjadi benar. Dan tidaklah benar hati seseorang hingga benar lisannya. (HR Imam Ahmad dan Anas ra.)
Satu hal yang mengindikasikan bahwa istiqamah sangat urgen ialah Rasulullah saw. diperintahkan oleh Allah untuk tetap istiqamah: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (Huud: 112)
Ibnu ‘Abbas berkata: “Tidak ada satu ayatpun di dalam al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah yang lebih berat baginya dari ayat ini.”
Keimanan kepada Allah menuntut sikap istiqomah. Keyakinan hati, kebenaran lisan dan kesungguhan dalam amal adalah unsur-unsur keimanan yang mesti dijalankan dengan istiqomah. Istiqomah yang berarti keteguhan dalam memegang prinsip, menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.

Daftar Pustaka
Ilyas, Yunahar. 1999, Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Puataka Pelajar Offset
Sunarto, Ahmad. Himpunan Hadist Al-Jami’ush Shahih. Jakarta: www_if Fifleus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar