TAFSIR TARBAWI
“ISTIQOMAH “
Dosen Pengampu:
Bapak Abdullah Maksum,Alh.,S.Pd.I
Di Susun Oleh :
Nur Faizah
2015010236
PAI 4C
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
TAHUN 2017
Ayat Al-Qur’an Tentang
Istiqomah
1. Q.S. Fushshilat
ayat 30
اِنَّالَّذِيْنِقَلُوْارَبُّنَاااللهُثُمَّاسْتَقَامُوْاتَـتَنَزَّلُعَلَيْهِمُالْمِلَئِـكَةُاَلَّاتَخَافُوْاوَلَاتَحْزَنُوْاوَاَبْشِرُوْابِالْجَنَّةِالَّتِيْكُنْتُمْتُوْعَدُوْنَ(30)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan . “Tuhan kami adalah
Allah“, kemudian mereka istiqomah kepada pendirian mereka, maka malaikat akan
turun kepada mereka(dengan mengatakan): “janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu merasa bersedih, dan bergembiralah kamu dengan memperoleh syurga
yang telah dijanjikan kepadamu”. (Q.S. Fushilat : 30).
A. Ayat yang Munasabah dengan Istiqomah
1. Q.S Al-Ahqaaf ayat 13-14
¨bÎ)tûïÏ%©!$#(#qä9$s%$oY/zª!$#§NèO(#qßJ»s)tFó$#xsùì$öqyzóOÎgøn=tæwuröNèdcqçRtøts(13)y7Í´¯»s9'ré&Ü=»ptõ¾r&Ïp¨Ypgø:$#tûïÏ$Î#»yz$pkÏùLä!#ty_$yJÎ/(#qçR%x.tbqè=yJ÷èt(14)
Artinya : “ Sesungguhnya orang-orang yang
berkata, “Tuhan kami adalah Allah”, kemudian mereka tetap istiqomah, tidak ada
rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak pula bersedih hati. Mereka itulah
para penghuni syurga, kekal di dalamnya, sebagai balasan apa yang telah mereka
kerjakan. (Q.S. Al-Ahqaaf : 13-14).
2.
Q.S. Fushilat : 6
ö@è%!$yJ¯RÎ)O$tRr&×|³o0ö/ä3è=÷WÏiB#Óyrqã¥n<Î)!$yJ¯Rr&ö/ä3ßg»s9Î)×m»s9Î)ÓÏnºur(#þqßJÉ)tGó$$sùÏmøs9Î)çnrãÏÿøótGó$#ur3×@÷ururtûüÏ.Îô³ßJù=Ïj9(6)
Artinya : “ Katakanlah: “Bahwasannya aku
hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwasanya
Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah istiqomahpada jalan yang
lurus menuju kepada-Nya dan mohon ampunlah kepada-Nya (Q.S. Fushilat : 6).
3. Q.S. Huud ayat 112
فَسْتَقِمْ كَمـَااُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ
وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِماَتَعْمَلُوْنَ بَصِيـْرٌ(112)
Artinya
: “Maka beristiqomahlah kamu pada jalan yang benar,sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu,dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya dia maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S.
Huud : 112)
4. Q.S. Asyuura ayat 15
فَلِذٰلِكَ فَدْعُ ۖ وَسْتَقِمْ كَمَااُمِرْتَ ۖوَلَاتَتَّبِعْ اَهْوَآءَهُمْ ۖوَقُلْ ءَامَنْتُ بِمَاأَنْزَلَ للهُ مِنْ كِـتٰبٍ ۖ وَاُمِرْتُ لِأَعْدَلَ بَيْنَكُمْ ۖ اللهُ رَبَّنَاوَرَبُّكُمْ ۖ لَنَآأَعْمٰلُنَاوَلَكُمْ اَعْمٰلُكُمْ ۖ لَاحُجَّةَبَيْنَنَاوَبَيْنَكُمْ ۖ الله يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَاِلَيْهِ اْلمَصِيْرُ(15)
Artinya : “Maka karena itu serulah (mereka
kepada agama itu) dan istiqomahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah : “Aku beriman kepada
semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil
diantara kamu. Allah lah tuhan kami dan tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kamidan
bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah
mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kita kembali”(Q.S. Syuura : 15).
B.
HadistYang Munasabah Dengan Istiqomah
1.
H.R Muslim
عَنْ عَمْرٍو وَقِيْلَ أَبِيْ عَمْرَةَ سُفْيَانَ
بْنِ عَبْدِاللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, قَلَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ,
قُلْ لِيْ فِيْ الْإِسْلاَمِ قَوْلًا, لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرُكَ.قَالَ:قُلْ
اَمَنْتُ بِا للهِ, ثُمَّ اسْتَقِمْ. (رواه مسلم).
Dari Abu ‘Amr, dan ada yang mengatakan dari Abu ‘Amrah Sufyân bin ‘Abdillâh
ats-Tsaqafi Radhiyallahu anhu, yang berkata : “Aku berkata, ‘Ya Rasulullah!
Katakanlah kepadaku dalam Islam sebuah perkataan yang tidak aku tanyakan kepada
orang selain engkau.’ Beliau menjawab, ‘Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah
Azza wa Jalla,’ kemudian istiqâmahlah. (H.R Muslim)
2. Sabda Nabi Muhammad SAW
عَنْ أَبِيْ هُرَ يْرَةَ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَارِ بُوْا وَ سَدِّدُوْا
, وَاعْلَمُوْا أنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ. قَالُوْا. وَلَا
اَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا اَنَا, إِلّا أنْ يَتَغَمَّدَ نِيَ اللهُ
بِرَ حْمَةٍ مِنْهُ وَ فَضْلٍ.
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullahu Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “bersikaplah yang lurus dan tetaplah dalam kebenaran. Dan
ketahuilah, bahwasannya tidak ada seorang pun dari kalian yang selamat karena
amal perbuatanya”, para sahabat bertanya, “Termasuk engkau , wahai rasulullah?”
beliau rasulullah ‘alaihi wa sallam bersabda. “Termasuk aku, hanya saja Allah
meliputi diriku dengan rahmat dan karunia-Nya.”
3.
Sabda Nabi Muhammad SAW
عَنْ عَبْدَ
اللَّهِ بِنْ عَمْرُبِنْ اَلْ عَصْ رَ ضِيَ اللهُ عَنْهُ:قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : يَا
عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ
قِيَامَ اللَّيْلِ
Dari
'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash radhiyallahu 'anhuma, ia mengatakan bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata padanya : "Wahai
'Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan
shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi."
4.
H.R. Bukhari dan Muslim
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا قَالَ : لِى
رَسُوْلُ اللهِ صلم يَا عَبْدَ اللهِ لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ كَانَ يَقُوْمُ
اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ. (متفق عليه)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda:
“wahai Abdullah janganlah kamu seperti fulan, dia melakukan Shalat tahajjud,
lalu meninggalkanya.”(H.R. Bukhari
dan Muslim)
5. Sabda Nabi Muhammad SAW
اَنَّ النَّبِيَّصَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَاوَعِنْدَهُ
امْرَاَةٌقَلَ مَنْ هـذَا؟ قَالَتْ هذِه فُلَا
نَةٌتَذْكُرُمِنْ صَلَاتِهَاقَالَ مَهْ عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيْقُوْنَ
فَوَاللهِ لَايَمَلُّ اللهَ حَتّى تَمَلُّوْاوَكَانَ اَحَبُّ الدِّيْنِ اِلَيْهِ
مَادَاوَمَ صَا حِبُهُ عَلَيْهِ.
Suatu
ketika Nabi SAW, masuk ke rumah ‘Aisyah, sedangkan di sana kebetulan ada
seorang perempuan. Rasulullah bertanya “ siapakah ini?” ‘Aisyah menjawab:” ini
adalah fulanah”, lalu ‘Aisyah menceritakan tentang perempuan itu (yakni
memamerkan shalat perempuan itu). Rasulullah bersabda:” Hentikanlah !
Kerjakanlah ibadah sekuat kalian, demi Allah ! Allah tidak akan bosan (tiada
henti memberikan pahala kepada kalian). Sampai kalian bosan. Dan adalah ibadah
yang paling disukai oleh Allah, apa yang dikerjakan terus menerus (bukanya pada
suatu kali beribadah banyak sekali, lalu pada lain kali hanya sedikit, atau
bahkan tidak beribadah sama sekali). (H.R. Bukhori dan Muslim)
Kesimpulan
Secara etimologi Istiqomah
berasal dari kata istaqama yastiqimu yang berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa
indonesia istilah istiqomah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu
konseskuen.
Dalam terminologi
akhlak,istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman
sekalipun mengahadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Seorang istiqomah
laksana batu karang ditengah lautan yang tak pernah bergeser
sedikitpun,walaupun dipukul dengan gelombang yang bergulung-gulung.
Sikap jiwa yang teguh
pendirian sangat penting dalam segala aspek kehidupan dalam berkeyakinan,
beragama, belajar, berkarir, berumah tangga, atau berbisnis. Tegasnya,
istiqomah perlu diterapkan dalam segala bentuk perjuangan manusia, perjuanganya
ingin hasil. Kegagalan sebuah perjuangan boleh jadi disebabkan oleh faktor
istiqomah yang hilang dari jiwa.Seorang pejuang gagal mencapai cita-citanya
karena justru istiqomahnya memudar atau padam. Padamnya sikap konsisten
disebabkan oleh banyak faktor yang menggangu cita-cita awal. Oleh karena itu,
jika seseorang ingin berhasil dalam perjuanganya,ia wajib mempertahankan
konsistensinya.
Abu Bakar Radhiyallahu
anhu menafsirkan firman Allah Azza wa Jalla, ( ثُمَّاسْتَقَامُوْا ) “Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,”
(Fushshilat : 30) dengan mengatakan, ”Mereka adalah orang-orang yang tidak
menyekutukan Allah Azza wa Jalladengan sesuatu pun. Qadhi ‘Iyadh rahimahullah
mengatakan, “Maksudnya, mereka mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan beriman
kepada-Nya kemudian berlaku lurus, tidak menyimpang dari tauhid, dan selalu
iltizâm (konsekuen dan konsisten) dalam melakukan ketaatan kepada-Nya sampai
mereka meninggal.”
Imam al-Qusyairi rahimahullah berkata, “Istiqomah adalah sebuah derajat,
dengannya berbagai urusan menjadi sempurna dan berbagai kebaikan dan
keteraturan bisa diraih. Barangsiapa yang tidak istiqâmah dalam kepribadiannya
maka dia akan sia-sia dan gagal. Dikatakan, ”Istiqomah tidak akan bisa
dilakukan kecuali oleh orang-orang yang besar, karena ia keluar dari hal-hal
yang dianggap lumrah, meninggalkan adat kebiasaan, dan berdiri di hadapan Allah
Azza wa Jalla dengan jujur.” Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, ”Para
ulama menafsirkan istiqâmah dengan ” لُزُوْمُطَاعَةِاللهِ ” artinya tetap konsekuen dan konsisten dalam
ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.”
Istiqamah adalah tingkatan tertinggi dalam kesempurnaan pengetahuan
dan perbuatan, kebersihan hati yang tercermin dalam ucapan dan perbuatan, dan
kebersihan aqidah dari segala bid’ah dan kesesatan. Karenanya manusia tidak
akan bisa mencapai sifat istiqamah secara sempurna. Pasti terdapat kekurangan.
Ini diisyaratkan dalam firman Allah: “Maka tetaplah pada jalan yang lurus
menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (Fushishilat: 6) Perintah
untuk memohon ampun dalam ayat ini, karena adanya kekurangan. Nabi saw.
bersabda: “Istiqamahlah kalian semua, dan kalian tidak akan mampu.” (HR Imam
Ahmad dan Muslim)
Beliau juga bersabda: “Berusahalah untuk senantiasa benar dan mendekatinya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Beliau juga bersabda: “Berusahalah untuk senantiasa benar dan mendekatinya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pada dasarnya, istiqamah adalah istiqamah hati terhadap tauhid.
Maka apabila hati telah istiqamah pada ma’rifatullah, rasa takut kepada-Nya,
mengagungkan dan mencintai-Nya, berdoa kepada-Nya, dan tawakkal sepenuhnya
kepada-Nya, niscaya seluruh anggota badan akan taat kepada Allah swt. Karena
hati adalah raja dan anggota badan adalah prajuritnya. Jika rajanya berlaku
benar, maka prajuritnya akan berlaku benar.Rasulullah saw. bersabda:
“Ketahuilah bahwa di dalam badan terdapat segumpal darah. Jika ia baik maka
semua anggota badan akan baik. Jik ia rusak, maka semua anggota badan akan
rusak. Segumpal darah itu adalah hati.”
Setelah hati, yang perlu diperhatikan dalam istiqamah adalah lisan
[ucapan]. Karena ucapan merupakan penerjemah bagi hati. Hal ini ditegaskan oleh
hadits Nabi saw. bahwasannya seorang shahabat bertanya kepada Rasulullahs saw:
“Ya Rasulallah, apa yang perlu saya takuti?” Mendengar pertanyaan ini
Rasulullah saw. lalu memegang mulutnya. (HR Tirmidzi, seraya berkata: “Hadits
ini hasan shahih.”) Dalam riwayat lain beliau bersabda: “Tidaklah benar iman
seseorang hingga hatinya menjadi benar. Dan tidaklah benar hati seseorang
hingga benar lisannya. (HR Imam Ahmad dan Anas ra.)
Satu hal yang mengindikasikan bahwa istiqamah sangat urgen ialah
Rasulullah saw. diperintahkan oleh Allah untuk tetap istiqamah: “Maka tetaplah
kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (Huud: 112)
Ibnu ‘Abbas berkata: “Tidak ada satu ayatpun di dalam al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah yang lebih berat baginya dari ayat ini.”
Ibnu ‘Abbas berkata: “Tidak ada satu ayatpun di dalam al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah yang lebih berat baginya dari ayat ini.”
Keimanan kepada Allah menuntut sikap istiqomah. Keyakinan hati, kebenaran
lisan dan kesungguhan dalam amal adalah unsur-unsur keimanan yang mesti
dijalankan dengan istiqomah. Istiqomah yang berarti keteguhan dalam memegang
prinsip, menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke
kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan
(kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.
Daftar Pustaka
Ilyas, Yunahar. 1999, Kuliah Akhlak.
Yogyakarta: Puataka Pelajar Offset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar